"Pada akhirnya, kebenaran yang akan menang."
-Selat Gibraltar
•••
Chesa melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam area sekolah. Saat kakinya melewati koridor berbagai tatapan dilayangkan oleh mereka untuknya. Bahkan, beberapa diantara mereka tidak segan untuk menghina dirinya secara langsung.
"Kok, masih berani masuk sekolah, sih?"
"Gak punya urat malu, ya, gitu."
"Parah, sih, diam-diam menghanyutkan. Gue juga gak habis pikir kenapa David mau berbuat 'itu' sama Chesa."
"Gue kira polos beneran, anjir. Ternyata, polosnya ngelebihin orang dewasa."
Chesa mengeratkan pegangannya di antara dua sisi tasnya. Memejamkan kedua matanya erat guna menahan tangis yang siap untuk tumpah. Melihat dan mendengar mereka yang sedang membicarakan dirinya membuat Chesa merasa down. Ini adalah resiko jika ia sangat nekat untuk pergi ke sekolah. Berita itu ternyata sudah tersebar seantero sekolah.
Dengan cepat Chesa berjalan menuju kelasnya. Berusaha untuk menghindar dari mereka semua. Suara hinaan itu terus menghantuinya. Di setiap langkah yang ia lewati selalu saja ada yang mengatakannya yang tidak-tidak.
Saat dirinya sudah sampai di kelas, langsung saja Chesa berjalan menuju tempat duduknya. Tapi, baru saja ia ingin meletakkan tasnya ke atas meja, pergerakan Chesa terhenti. Tepat di depan matanya, meja kesayangannya itu sudah dipenuhi dengan coretan kata-kata yang begitu menyakitkan.
'Pelacur gak pantas sekolah di sini.'
'Keluar aja lo dari sekolah! Nama sekolah bisa buruk cuma karena murid kek lo.'
'Udah berapa kali jebol, nih? Mau dong main sama gue nanti malam?'
'Gak kebayang anaknya nanti jadi ada. Pasti sama kek ibunya. Sok polos padahal udah jebol.'
Chesa tidak kuat lagi untuk membaca semua kata-kata itu. Semuanya benar-benar membuat Chesa shok dan merasa dikucilkan satu sekolah. Demi Tuhan, Chesa tidak pernah melakukan hal apapun kepada laki-laki, termasuk David. Kakak kelasnya itu ikut menjadi korban karena dikira menjadi ayah dari anak yang ia kandung.
"Chesa gak hamil," racau Chesa menutup kedua telinganya. Suara-suara yang menghina dirinya tadi terus menghantui Chesa hingga membuat dirinya benar-benar frustasi.
"Chesa gak hamil."
Siapa pun yang melihat gadis itu sekarang pasti akan merasa kasihan. Termasuk, Tata dan Zea yang berada di ambang pintu. Kedua gadis itu menatap Chesa dengan nanar.
"Argh!" teriak Chesa memukul kepalanya berkali-kali. Sontak hal itu membuat Tata dan Zea terkejut dan langsung berlari mendekat ke arah tempat duduk Chesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...