P A R T - 32

229 54 21
                                    

"Di dunia ini terkadang banyak hal yang lucu. Salah satunya, kita. Saling mencintai padahal sudah tahu bahwa akhirnya kita tidak akan bersatu. Memaksakan yang harusnya tidak bisa dipaksa dengan cara apapun."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Chesa mengembangkan senyumnya ketika mobil yang ia naiki sudah tiba di pekarangan sekolah. Menoleh ke samping—menatap sosok laki-laki yang beberapa hari ini selalu membuat dirinya bahagia.

"Kelihatannya pagi ini matahari bersinar terang," ucap Rasha sambil menatap ke arah luar dari balik kaca mobil. "Terbukti karena kamu yang selalu tersenyum," sambung Rasha lalu menoleh—membalas tatapan Chesa lebih dalam.

"Tetap ada di sisi Chesa, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Chesa bahagia."

Rasha mengangkat tangannya. Mengelus wajah Chesa dengan sangat lembut. Takut melukai gadisnya. "Kalau begitu ... kita tidak perlu bersembunyi lagi dari mereka. Kita akan memulainya sekarang."

Chesa mengerutkan dahinya. "Apa?"

"Kita tidak perlu lagi bersembunyi dari Bryan atau Papa kamu. Kita akan menampakkannya, agar semuanya semakin terlihat jelas."

"Kedengarannya sangat menarik. Mari kita lakukan."

Mendengar itu membuat Rasha menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ternyata, cinta sangat membahagiakan. Kenapa tidak dari dulu dirinya merasakan ini? Tapi tidak salah juga. Ia bisa merasakan rasa itu pertama kali dengan Chesa. Gadis yang sangat ia cintai. Ah, dirinya sangat beruntung.

"Ayo, kita turun," ajak Rasha lalu melepaskan sabuk pengamannya, begitu juga dengan Chesa yang sangat bersemangat.

"Mereka beneran pacaran, ya?"

"Katanya, sih, iya."

"Terus gimana sama Bryan? Katanya dia gak suka hubungan Chesa sama Rasha karena mereka beda agama."

"Biarin aja, lah. Itu urusan mereka."

Mendengar bisik-bisik dari para murid membuat Chesa merubah mimik wajahnya menjadi muram. Seketika dirinya kembali disadarkan oleh sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa dirinya dan Rasha berbeda keyakinan. Kenyataan yang sampai kapan pun akan tetap sama.

"Gak usah dengerin mereka." Rasha menutup kedua telinga Chesa dengan tangannya. Tindakan itu berhasil mengalihkan perhatian gadisnya. "Yang menjalani hubungan ini adalah kita. Jadi, cukup tentang aku dan kamu. Tidak ada orang lain yang berhak ikut campur. Mengerti?"

Chesa menganggukkan kepalanya dua kali. "Mengerti," jawab Chesa yang diiringi dengan kekehan pelan dari bibir gadis itu.

"Masih pagi dan ini sekolah. Nanti aja pacarannya," sindir Tata yang tiba-tiba saja sudah berada di samping Rasha.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang