P A R T - 08

533 180 65
                                    

"Arti keluarga bagi seorang anak itu tidak bisa dijabarkan dengan hanya serangkaian kata."

— Rasha Abigail Dhananjaya

— Rasha Abigail Dhananjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Rasha menatap rumah berwarna abu-abu di depannya dengan perasaan yang gugup. Berulang kali, laki-laki itu menarik nafas panjang.

Setelah mendapat informasi dari keluarga angkatnya, Dhananjaya. Rasha segera menuju alamat yang dikirimkan oleh Papa angkatnya, Tio Dhananjaya. Maka dari itu, di sinilah Rasha berada. Rasha berharap bahwa semua usaha yang ia lakukan tidak akan berujung sia-sia.

Sudah cukup merasa yakin. Dengan pasti Rasha melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam pekarangan rumah sederhana itu. Pandangan pertama yang didapatkan oleh mata hitamnya, seorang anak kecil yang bisa Rasha tebak masih berumur tujuh tahun.

"Assalammualaikum," ucap Rasha mensejajarkan tubuhnya di hadapan anak kecil yang berjenis kelamin laki-laki itu.

Terkejut mendengar suara yang sangat asing, tanpa menjawab terlebih dulu, dengan cepat anak laki-laki itu berlari masuk ke dalam rumah. Hal itu tentu saja membuat Rasha mengerutkan dahinya bingung.

Kembali kepada posisi. Rasha berjalan mendekati pintu utama dan memencet bel yang berada di sisi kanan. Tidak cukup lama  menunggu, terlihat ada seseorang yang membukakan pintu.

"Siapa, ya?"

Suara khas orang dewasa langsung mengalun di telinga Rasha. Masih memakai seragam Nusa Bangsa yang melekat di tubuhnya, Rasha membungkukkan badannya dan hendak bersalaman dengan wanita yang ada di hadapannya sekarang.

Mendapat respon yang baik dari orang yang baru saja ia temui membuat Rasha menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Mohon maaf sudah mengganggu waktunya, Tante. Perkenalkan, saya, Rasha Abigail Dhananjaya."

Terlihat wanita itu menganggukkan kepalanya dua kali, namun tetap mempertahankan raut wajah yang penuh kebingungan. "Ayo, masuk dulu. Enggak enak kalau ngobrol sambil berdiri gini," ajak wanita itu dengan ramah.

Tentu saja tawaran itu tidak disia-siakan oleh Rasha. Dengan cepat ia mengikuti langkah wanita itu dari belakang. Setelah duduk di sofa yang ada di ruang tamu, mata Rasha kembali di perlihatkan dengan deretan bingkai foto yang ada di dinding. Melihat wajah seorang pria yang ada di sana membuat Rasha segera mengambil ponsel yang berada di saku celananya.

"Kamu tunggu di sini sebentar, ya."

Belum sempat Rasha menjawab bahkan menoleh. Wanita itu sudah hilang dari pandangannya.

"Sama," gumam Rasha menatap foto pria yang ada di bingkai foto dan ponselnya secara bergantian.

Mendengar suara derap langkah kaki membuat Rasha menoleh ke arah samping. Terlihat wanita tadi sedang membawakan nampan yang berisi minuman.

"Aduh, enggak perlu repot-repot gini, Tan," ucap Rasha tidak enak. Padahal, wanita itu sudah jelas tidak mengenal dirinya. Tapi dengan baik hati, beliau menawarkannya untuk masuk dan menyediakan minuman.

Tidak ada sahutan dari wanita itu. Ia hanya membalas dengan senyum tipis lalu meletakkan secangkir teh di depan Rasha. "Jadi, ada keperluan apa kamu ke sini?" Sejak tadi wanita itu menahan rasa penasarannya. Apalagi, ketika melihat anak bungsunya yang masuk ke dalam rumah dengan wajah ketakutan.

"Saya ke sini mau bertemu dengan pria yang ada di foto itu," ucap Rasha dengan tangan kanan yang menunjuk sebuah bingkai foto yang berukuran paling besar.

"Suami saya?" tanyanya yang dibalas anggukan kepala oleh Rasha. "Ada urusan apa dengan suami saya?"

"Saya anak yang diletakkan di depan panti asuhan Bintang. Tepatnya, tujuh belas tahun yang lalu."

Sebuah pernyataan itu tentu saja membuat sang lawan bicara Rasha menatap terkejut ke arahnya.

"Ka-kamu?"

Rasha tersenyum. "Iya, saya anak yang kalian buang waktu itu."

•••

Tepat di waktu yang sama. David mengusap wajahnya dengan kasar. Setelah satu jam yang lalu, saat Rasha yang tiba-tiba izin untuk pulang karena ada urusan mendadak, membuat David sebagai ketua OSIS Nusa Bangsa menggantikan tugas Rasha yang harus patroli.

"Lo ngerokok?" tanya David menatap wajah gadis itu dengan pandangan tidak percaya.

Dengan santai dan tanpa merasa takut. Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Kenapa? Lo mau juga?"

"Lo cewek, Fely. Gak baik buat mengkonsumsi rokok. Lo tau gak bahaya apa yang bakal ditimbulkan sama benda yang lo hisap itu?"

Felysia Gianina. Dikenal dengan sapaan, Fely. Seorang gadis yang dicap sebagai bad girl itu tidak membuat Fely ingin merubah dirinya sedikit pun. Bagi dirinya, menjadi diri sendiri itu menyenangkan. Hidup hanya satu kali, gunakan prinsip love my self, itulah yang selalu ada di otak Fely.

"Lo berisik banget, ya, Dav," balas Fely memutar bola matanya dengan malas.

Tanpa diduga, dengan kasar David merebut rokok yang ada di tangan Fely yang tersisa setengah itu dan menginjaknya hingga tak berbentuk.

"Lo kurang ajar banget, ya." Fely tentu saja tidak terima dengan perlakuan David. "Beda sama Rasha."

Tanpa peduli dengan Fely yang sudah kesal dengan dirinya. David langsung menarik tangan gadis itu dengan kasar. "Ikut gue ke BK sekarang."

Tidak terima dengan perlakuan David yang sudah melewati batas. Fely menyentak tangan besar itu dengan sekuat tenaga, yang untungnya bisa terlepas dari pergelangan tangannya yang sudah memerah.

"Brengsek, lo gak berhak atur hidup gue. Mau gue ngerokok atau enggak, sama sekali gak ada urusan sama lo. Ketos sialan."

"Gue akhirnya jadi tahu sama sifat lo yang sebenarnya, Fel. Di depan Rasha, lo sok manis, berlagak sebagai gadis yang paling tersakiti. Padahal, aslinya lo emang nakal."

Fely menatap David dengan tajam. Tanpa sadar gadis itu sudah mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. "Lo gak tahu apa-apa tentang gue."

David menarik satu sudut bibirnya ke atas. "Oh, ya, gue emang gak tahu apa-apa tentang lo. Tapi satu pesan gue, jangan jadi orang lain cuma untuk mendapatkan perhatian dari seseorang dan jangan terlalu memaksakan, nanti ujungnya akan menyakitkan."

•TBC•

See you the next chapter, guys♥️

Salam sayang, Bervi Athalla🌹

Bengkulu, 14 Juni 2021.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang