"Tanpa disadari, takdir selucu itu saat mempermainkan kita."
-Selat Gibraltar
•••
Satu minggu sudah berlalu. Semenjak kejadian menghebohkan waktu itu, semuanya berubah. Fely, Sakira, dan Sovia, ketiga gadis itu hilang entah kemana. Banyak yang mengatakan bahwa mereka pindah sekolah sekaligus pindah rumah. Tapi ada rumor yang beredar mengatakan bahwa Fely, menekam di rumah sakit jiwa. Kondisi mental gadis itu terganggu. Dicampakkan oleh Rasha dan Andika, belum lagi dengan para murid Nusa Bangsa yang sering membully semakin membuatnya tertekan.
Semuanya banyak yang berubah. Chesa yang semakin hari semakin berbeda. Gadis yang terkenal dengan sifat manja, polos, dan keras kepala itu sudah perlahan merubah dirinya menjadi sosok yang lebih dewasa lagi. Tepatnya, dewasa dalam menyikapi semua masalah yang terjadi.
Ya, inilah takdir. Seperti kata mereka. Chesa belajar menerima semuanya dengan ikhlas dan perlahan mulai melupakan masa lalu.
Di kediaman keluarga Geraldo kedatangan seorang tamu yang sangat spesial bagi mereka. David dan Mama Rina. Kedatangan dua orang itu disambut hangat oleh keluarga Chesa. Apalagi, Michelle yang paling tampak antusias.
"Gak nyangka aja kita setelah bertahun-tahun akhirnya ketemu lagi," ucap Michelle menjerit kesenangan. "Aku gak nyangka, loh, kalau David itu anak kamu," sambungnya lagi menatap David dan Chesa secara bergantian.
"Apalagi, aku. Jadi, ada peluang dong buat kita besanan," seru Rina sambil tertawa. Membayangkan jika David dan Chesa benar-benar menjalin hubungan yang lebih dari sebatas teman, pasti dirinya akan merasa sangat bahagia.
"Itu tergantung mereka, sih," sahut Michelle, lagi-lagi yang membuat David dan Chesa merasa malu karena terus digoda.
"Ma, Bryan izin keluar dulu, ya," pamit Bryan yang sudah siap dengan pakaian santainya. Ke empat orang itu dengan cepat menoleh ke belakang.
Chesa mengerutkan dahinya. "Kak Bryan mau kemana?"
Bryan menimbang sebentar. "Gue mau ketemuan sama Tata." Usai mengatakan itu, Bryan langsung berjalan pergi keluar dari rumah. Tanpa mau mendengarkan perkataan Chesa yang siap untuk mengejek dirinya.
"Makan omongan sendiri, ya, gitu," sindir Chesa yang disambut tawa oleh mereka semua.
•••
"Nih, buat lo."
Chesa mendongakkan kepalanya saat David yang menyodorkan sebatang cokelat ke hadapannya. Dengan senang hati Chesa menerima cokelat itu. Cokelat kesukaannya, silverqueen.
"Jadi ingat waktu kamu kasih cokelat ini diam-diam ke dalam tas aku." Lihat sendiri, bukan? Chesa sudah mulai merubah kebiasaan cara berbicaranya yang menyebutkan namanya sendiri. Perlahan tapi pasti, Chesa tidak ingin terlihat menjadi anak kecil lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...