"Karena mereka aku mengerti bahwa, mempercayai seseorang itu tidak bisa dengan sekali pertemuan saja."
-Selat Gibraltar
•••
"Ternyata, lo mudah banget buat dibodohin."
Chesa terus meronta meminta ikatan yang ada di tangan dan kakinya untuk dilepaskan. Terlihat dua orang perempuan yang menggunakan seragam sekolah yang sama persis seperti dirinya. Chesa salah karena begitu mudah mempercayai seseorang. Ia ingat akan sesuatu. Rasha tidak punya nomor telepon dirinya. Selama ini mereka berdua tidak pernah berkomunikasi melalui ponsel.
"Apa? Mau dilepas, ya?" tanyanya diiringi dengan suara tawa yang mengerikan.
"Chesa mau pulang."
Salah satu di antara mereka berjalan mendekati kursi yang diduduki Chesa. Menatap gadis itu dengan raut wajah yang tidak dimengerti.
"Lo mau pulang?" tanyanya mengangkat dagu Chesa hingga mata keduanya langsung bertemu. Chesa ingat siapa perempuan ini. Dia adalah orang yang dengan sengaja menumpahkan kuah panas di kantin waktu itu.
"Masih ingat sama nama gue gak?" tanyanya lagi. "Gue, Sakira Naomi. Yang waktu itu sengaja numpahin kuah panas ke tangan lo."
Sakira tersenyum miring. Lalu mengusap rambut Chesa dengan pelan—hingga tarikan kasar itu membuat kepala Chesa ingin pecah saat itu juga.
"Sakit, ya, sayang." Sakira melepaskan tangannya dari rambut Chesa dan menatap temannya yang dari tadi hanya menonton. "Kasih dia hadiah yang paling spesial dan gak akan terlupakan," titah Sakira yang dibalas anggukan kepala oleh gadis itu.
"Hai, Chesa. Kita ketemu lagi. Seharusnya, hari itu lo terima tawaran gue, tapi lo sombong banget, sih. Pakai acara nolak segala," ucap Sovia menatap adik kelasnya itu dengan sinis. "Karena lo udah berani nolak ajakan gue. So, gue udah siapin hadiah spesial buat lo, gadis manis."
Sovia berjalan ke arah belakang kursi yang diduduki oleh Chesa. Mengambil sesuatu dari sana. Tanpa diduga, Sovia melepaskan ikatan yang ada di tangan dan kaki Chesa. Tentu saja itu membuat Chesa mengembangkan senyumnya. Tapi sepertinya Chesa sangat polos untuk tidak menyadari bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi sebentar lagi.
"Pegang dia, Kir," titah Sovia yang langsung dituruti oleh Sakira. Sekarang Chesa sudah terlepas dari ikatan itu, tapi kedua sisi tubuhnya dipegang erat oleh Sovia dan Sakira. Kedua gadis itu membawa tubuh Chesa yang sudah lemah ke area belakang sekolah. Tempat yang sangat jarang dilalui oleh murid Nusa Bangsa. Karena tempatnya yang sangat kotor dan bau.
Sekali hentakan tubuh Chesa sudah terduduk lemas di antara tanah yang sangat becek itu. Seragam putihnya pun sudah berubah menjadi kecokelatan.
"Lo berharap kita lepasin?" tanya Sovia menarik rambut sebahu Chesa dengan kasar. Hingga Chesa mendongakkan kepalanya karena tarikan Sovia. Kedua mata mereka bertemu. Saat itu juga Chesa melihat raut kebahagiaan di wajah kakak kelasnya. "Sebelum lo pulang. Kita harus main-main dulu, dong." Sovia dan Sakira tertawa bahagia. Seolah apa yang dirasakan oleh Chesa sekarang adalah sebuah lelucon. Padahal gadis kecil itu sedang menahan kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...