P A R T - 26

268 63 58
                                    

"Walaupun kami mengetahui akhir dari kisah ini. Tapi bolehkah kami mencicipi setitik kebahagiaan itu? Sebelum takdir merenggut segalanya."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Rasha mengusap wajahnya dengan kasar. Berulang kali mencoba untuk berpikir bagaimana caranya agar bisa menjenguk Chesa tanpa diketahui oleh Bryan dan keluarganya. Mengingat kejadian malam itu—Bram sangat tidak menyukai dirinya.

"Sial," gumam Rasha lalu berdiri dari duduknya. Menatap kamar baru yang ia tempati itu dengan datar. Setelah pindah ke rumah ini, hal-hal baru bisa Rasha rasakan.

Ceklek.

"Ras, di bawah ada Fely," ucap Ina sambil berjalan masuk ke dalam kamar anaknya. Menatap Rasha dengan tatapan bingung. Terlihat wajah tampan itu sedang banyak pikiran.

Rasha menoleh ke belakang. "Bun, bilang aja kalau Rasha lagi tidur atau apa gitu. Rasha lagi gak mau diganggu sama siapa pun sekarang."

Ina mengerutkan dahinya. Ada apa dengan anaknya sekarang? Sedang putus cinta? Atau justru pusing memikirkan tugas sekolah?

"Loh, kenapa? Kalian gak lagi berantem, kan?" tanya Ina memastikan. Mengingat Fely yang menjadi tokoh utama dalam mempertemukan antara dirinya dan Rasha pun membuat Ina merasa hutang budi. Jadi, sangat tidak enak jika menolak kedatangan gadis baik itu.

Rasha menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Melirik ke arah jam tangan yang sudah menunjukkan pukul lima sore. "Kita gak pernah ada masalah, Bun. Tapi kali ini aja, Rasha gak bisa ketemu sama dia."

Akhirnya, Ina menganggukkan kepalanya mengerti lalu tersenyum. "Baiklah, akan Bunda bicarakan nanti. Kamu ... lagi ada masalah?" Jujur saja, sebenarnya Ina masih sedikit canggung dengan Rasha. Pertemuan mereka sangat tiba-tiba. Setelah begitu lamanya akhirnya mereka bertemu. Tapi dengan situasi yang sudah sangat berbeda. Rasha yang sudah tumbuh sebagai anak remaja dan Ina belum mengenal anaknya sama sekali.

"Rasha lagi bingung, Bun. Ceritanya panjang, nanti pasti Rasha cerita. Sekarang Bunda keluar buat kasih tahu Fely biar dia bisa langsung pulang," pinta Rasha dengan wajah memohon. Melihat itu tentu saja membuat Ina tidak bisa menolak lalu berjalan keluar meninggalkan Rasha sendiri.

Kembali dengan kesunyian. Rasha kembali berpikir keras. Apakah dirinya harus nekad untuk datang ke rumah gadis itu? Atau justru menyelinap masuk melalui jendela kamarnya? Ah, itu sama sekali tidak gentle. Tapi bagaimana lagi?

Drrrt drrrt drrrt.

Suara dering itu berasal dari ponsel Rasha yang tergeletak begitu saja di atas meja. Melihat ada pesan masuk langsung membuat tubuh Rasha merespon dengan cepat untuk mengambilnya.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang