"Tidak ada yang pantas untuk disesali. Semua yang terjadi tidak bisa diulang kembali. Yang harus dilakukan adalah menerima semuanya."
-Selat Gibraltar
•••
Penyesalan. Satu kata yang paling sangat berbahaya. Rasha benar-benar tidak tahu jika dibalik kata itu berhasil membuat dirinya kehilangan separuh jiwanya. Chesa, gadis itu sudah pergi jauh dari hidupnya. Gadis yang sangat ia cintai itu bukan lagi bagian penting dari hidup Rasha.
"Gak ada artinya lagi gue menyesali semuanya. Mau sebesar apapun, Chesa gak bakal balik lagi sama gue," gumam Rasha dengan nada yang terdengar sangat lirih. Menyesakkan dan menyakitkan dalam satu waktu.
Tangannya menatap ponsel yang tertampang foto dirinya dengan Chesa dulu. Ah, mengingat itu membuat Rasha mengerti bahwa setiap momen yang ia lalui bersama Chesa sangat berarti.
"Gue kangen semua tentang lo, Sa."
Nyatanya, Rasha masih terus terbayang dengan hubungannya dan Chesa. Gadis yang pertama kali berhasil membuat dirinya jatuh cinta. Berhasil menyempurnakan harinya walau hanya dalam waktu yang sangat singkat. Ya, Chesa. Gadis penyuka cokelat itu kembali berhasil membuat Rasha terluka. Berani untuk jatuh cinta, harusnya tahu resiko apa yang akan didapat ke depannya. Yaitu, terluka.
•••
Hari ini David resmi kembali mendapatkan jabatannya sebagai ketua OSIS Nusa Bangsa. Kesalahpahaman yang terjadi pada waktu itu sudah terselesaikan dan sekarang David tetap pada posisinya.
"Selamat, ya, Kak." David menoleh ke samping—menatap Chesa yang sedang melemparkan senyumnya. Tanpa sadar tangannya terangkat ke atas. Mengelus rambut milik Chesa dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dan perlakuan itu pun, berhasil membuat Chesa tersipu malu.
"Dav, gue minta maaf."
Kedua orang itu langsung mengalihkan tatapannya ke arah depan. Menatap Rasha yang terlihat sangat kacau. Seragam yang tidak rapi, rambut berantakan, dan kantung mata yang terlihat menghitam. Seketika Chesa meringis melihatnya.
"Santai aja, Ras. Gue udah lupain semuanya, Kok," balas David yang memang sudah tidak ingin membahas hal itu lagi.
Rasha sekilas melirik ke arah Chesa yang sedang memperhatikan dirinya. "Sa, gue minta maaf. Gue benar-benar menyesal. Mungkin, ini adalah hukuman yang pantas dan harus gue terima."
Chesa menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Membentuk bulan sabit yang sangat indah. "Yang berlalu biarlah berlalu, Kak. Sekarang kita fokus aja buat ke depannya." Rasha terpaku untuk beberapa saat. 'Kak'?
Menundukkan kepalanya untuk beberapa saat lalu kembali menatap Chesa dengan senyuman yang terpaksa. "Maaf atas semua sikap dan perkataan gue yang udah nyakitin kalian. Sekali lagi gue minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romansa⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...