"Pada nyatanya, roda itu terus berputar. Kita tidak mungkin tetap berada di satu garis yang sama."
-Selat Gibraltar
•••
"Boleh duduk di sini?"
Suara lembut itu mengalun indah ke dalam pendengaran Rasha. Mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik suara itu. Zea. Seketika Rasha teringat dengan kejadian di aula waktu itu. Semuanya berkat Zea, berkat gadis itu ia mengetahui semua rencana busuk Fely. Berkat gadis itu juga, ia bisa memutuskan hubungannya dengan Fely. Tunangan, cih! Rasanya, Rasha lagi-lagi ingin tertawa merutuki kebodohannya.
"Boleh duduk di sini?" tanya ulang Zea berusaha untuk tidak gugup didekat Rasha. Ini adalah kali kedua Zea berbicara langsung kepada laki-laki yang ia cintai sejak awal masuk sekolah.
Rasha tersadar dan langsung menganggukkan kepalanya. "Duduk aja, Ze." Mendengar itu Zea langsung duduk di samping Rasha. Mengikuti arah pandangan Rasha yang menatap lurus ke depan. Menatap hamparan bunga yang sangat cantik. Sepertinya, tukang kebun sekolah mereka merawat bunga-bunga itu dengan baik hingga tumbuh menjadi bunga yang sangat cantik dan sayang jika tidak dipandang.
"Terima kasih, Zea." Rasha membuka suaranya lebih dulu. Mungkin, gadis di sampingnya ini tidak berani untuk berbicara duluan.
"Aku cuma mau memberikan keadilan buat Chesa dan juga Kak Rasha. Seharusnya, Kak Rasha sadar kalau selama ini Chesa itu tulus."
Angelina Chesa Annora. Gadis pertama yang berhasil membuat Rasha merasakan apa itu jatuh cinta. Meskipun hubungan mereka hanya berjalan sebentar dan banyak masalah, tapi Rasha sadar. Rasa itu masih sama.
"Kak Rasha mau berjuang untuk Chesa lagi?" tanya Zea menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Perasaannya saat ini campur aduk. Belum lagi di sampingnya sekarang adalah laki-laki yang sangat ia cintai.
Rasha menoleh ke samping, menatap Zea dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gue mau banget berjuang lagi buat Chesa. Tapi apa gue gak terlambat, Ze?"
Deg.
Zea terdiam mematung mendengarnya. Jadi, Rasha masih memiliki perasaan yang sama untuk Chesa? Masih mencintai sahabatnya?
Berusaha untuk terlihat biasa saja, Zea menjawab pertanyaan Rasha dengan yakin, "kalau pun kalian itu jodoh. Sesulit apapun nanti, akan ada jalan untuk kembali mempersatukan kalian."
"Tapi gue gak bisa, Ze. Semua yang gue lakuin selama ini buat gue sadar, kalau gue sama sekali gak pantas buat Chesa."
Zea menatap Rasha tak percaya. Apakah laki-laki itu baru saja mengatakan bahwa dirinya menyerah?
"Lagian, hubungan kami sudah selesai sejak malam itu. Gue bodoh, Ze."
Di malam tempat perayaan ulang tahun ayahnya, Rasha memutuskan hubungannya dengan Chesa begitu saja. Gadis itu menangis histeris di hadapannya karena tidak terima dengan keputusannya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...