"Ternyata ... Kisah kita sangat singkat."
-Selat Gibraltar
•••
"Rasha, bisa kita bicara sebentar?" tanya Tama yang langsung berdiri dari duduknya ketika melihat Rasha yang baru saja masuk ke dalam rumah. Wajah laki-laki itu tampak lelah dan terlihat sedang gusar?
"Ayah mau ngomongin tentang apa?" Rasha berjalan mendekat dan memilih untuk duduk di sofa yang berada tak jauh dari posisi Tama berdiri.
"Tentang hubungan kamu sama Chesa."
Deg.
Rasha menoleh—menatap sang ayah dengan heran. Lalu sedetik kemudian kepalanya mengangguk patuh. "Tanya aja, Yah," lirih Rasha sambil memejamkan matanya.
"Kamu sama Chesa pacaran?" tanya Tama sedikit hati-hati. Awalnya, ia sangat setuju kalau gadis lucu dan polos itu menjadi kekasih dari anaknya. Tapi mendengar semua cerita dari mulut istrinya membuat Tama dalam sekejab merubah pikirannya.
"Ternyata ... kalian lebih cepat mengetahui semuanya dibanding apa yang ada dipikiran aku."
Mendengar jawaban itu membuat Tama menganggukkan kepalanya mengerti. Lama mereka terdiam dalam pikiran masing-masing hingga Tama yang kembali membuka suaranya.
"Kamu mau mempertahankan semuanya?" tanya Tama sekali lagi. Ingin melihat seberapa besar cinta yang dimiliki oleh anaknya.
Dengan tanpa ragu sedikit pun—Rasha menganggukkan kepalanya sebanyak dua kali tanpa bersuara. Hal itu justru membuat Tama membuang nafasnya dengan kasar.
"Ayah dan Bunda tidak setuju, Ras."
Rasha terkekeh sinis mendengarnya. Apalagi sekarang? Tidak cukupkah keluarga gadisnya saja yang menentang semuanya? Ternyata ... semua dugaannya benar-benar terjadi.
"Aku tahu kalau kami berbeda. Tapi ... tolong, Yah. Biarin aku menikmati kebahagiaan ini. Sebentar aja," pinta Rasha dengan wajah lelahnya. Laki-laki berpakaian kemeja itu sudah banyak beban pikiran. Setelah mengantarkan gadisnya pulang—Rasha terus saja dipenuhi rasa takut. Takut jika semuanya akan berakhir dengan sangat cepat. Diluar dugaannya.
"Tapi mau sekeras dan sejauh apapun kalian nantinya. Semuanya akan tetap sama, Ras. Kalian gak akan bisa bersama ... selamanya!" tegas Tama menatap wajah anaknya dengan tajam. Sebenarnya, Tama tidak tega melihat Rasha yang seperti tertekan. Tapi dirinya melakukan hal yang benar. Mencegah semuanya sebelum terlambat. Mencegah agar tidak terlalu menyakitkan nantinya.
"Minggu depan. Tepat di hari ulang tahun Ayah. Kamu harus tunangan sama Fely!" perintah Tama dengan tegas. Keputusannya sudah bulat untuk menjodohkan Rasha dengan Fely anak dari sahabatnya. "Putuskan hubungan kamu dengan Chesa. Sebelum rasa sesal itu semakin sakit nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...