"Yang hancur lebur akan terobati."
-Selat Gibraltar
•••
Chesa terus menangis sejak pulang dari sekolah tadi. Kejadian saat Rasha yang terlihat tidak peduli dengannya membuat Chesa berpikir apakah laki-laki itu sudah melupakannya? Benar-benar melupakan?
Kepala Chesa sekarang penuh dengan berbagai pertanyaan.
Siapa yang tega melakukannya?
Siapa yang mengikutinya kemaren?
Kenapa Rasha terlihat tidak peduli?
Apakah Rasha tidak lagi mencintainya?
"Dek, mau cobain bolu buatan Mama gak?" Tiba-tiba saja suara lembut itu mengalun indah ke dalam pendengaran Chesa. Menoleh ke belakang menatap Michelle yang sedang membawa nampan berisi bolu berwarna cokelat.
Chesa tidak menjawab melainkan menghapus air matanya karena tidak ingin Michelle melihatnya yang sedang menangis. Padahal, sejak kepulangannya tadi Michelle mengetahui semuanya. Tapi dia diam saja. Menunggu sampai waktu di mana anaknya mau bercerita.
"Hari ini Mama buatin bolu kesukaan kamu. Bolu cokelat," seru Michelle dengan semangat lalu meletakkan nampan itu ke atas meja belajar Chesa.
Michelle terdiam beberapa saat. Lalu memilih untuk duduk di samping Chesa. Mengelus surai anaknya dengan penuh kasih sayang.
"Mau cerita?" tawar Michelle, mencoba untuk memberikan ruang kepada Chesa.
Tak diduga, Chesa justru mendekap tubuh Michelle dengan erat. Menumpahkan semua tangisannya di sana. Sedangkan Michelle hanya bisa mengelus punggung Chesa sambil berkata, "it's ok, sayang. Semuanya akan baik-baik aja, ya. Percaya sama Mama. Kamu cukup sabar aja buat hadapin semuanya, karena bahagia itu gak bisa didapatkan secara instan."
Perlahan Chesa menganggukkan kepalanya mengerti. Mamanya itu selalu bisa membuatnya tenang hanya dengan sebuah pelukan. Seperti saat ini.
"Mama percaya 'kan sama Chesa?" tanya Chesa yang sudah melepaskan pelukannya. Menatap wajah Michelle yang awet muda dengan penuh tanya. Keluarganya sudah mengetahui berita tidak senonoh itu, tapi baik Michelle maupun Bram, kedua orang tuanya itu tidak marah sama sekali.
Michelle mengulas senyumnya. "Mama akan selalu percaya sama kamu, sayang. Jadi, jangan rusak kepercayaan Mama, ya?" pinta Michelle yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Chesa.
"Sebelum kamu pulang, tadi ada keluarga David ke sini. Mereka jelasin semuanya tentang kejadian kemaren, Dek. Mangkanya, kalau mau pergi itu harus bareng sama Kak Bryan atau minimal izin dulu sama kami."
Mendengar nama David, Chesa kembali merasa bersalah. Laki-laki itu kehilangan jabatannya sebagai ketua OSIS hanya karena menolongnya kemaren. Andai saja Chesa meminta antar oleh Bryan atau andai saja Chesa tidak pergi keluar. Tapi kata andai itu tidak bisa Chesa kembalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...