"Memang harus ada jatuh-bangun sebelum menuju bahagia. Memang harus ada air mata sebelum tawa. Memang harus melewati berbagai hal sebelum mendapatkan sesuatu. Dan semuanya memang harus dilalui. Istirahat boleh, berhenti jangan."
-Selat Gibraltar
•••
Brak.
Pintu di tutup secara kasar oleh seseorang yang menggunakan masker berwarna hitam. Terlihat sudah ada tiga orang perempuan yang berada di dalam ruangan itu. Salah satu di antaranya sedang duduk di kursi dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat dengan kuat.
"Kita udah lakuin apa yang lo mau," ucap Sakira menatap korbannya dengan senyuman yang sangat mengerikan. Begitu juga dengan Sovia. Keduanya benar-benar seperti psikopat.
"Chesa. Lo duluan yang cari gara-gara sama gue," ucap orang itu lalu melepaskan maskernya secara perlahan. Terpampanglah wajah seorang gadis yang Chesa kenal—Fely.
"Kak Fely?" gumam Chesa menatap kakak kelasnya itu dengan terkejut. Jadi, yang melakukan semuanya selama ini adalah gadis itu? Chesa benar-benar tidak menyangka jika dibalik semua ini adalah perbuatan Fely.
Fely terkekeh sinis. Menarik satu kursi yang ada di sana lalu duduk di hadapan Chesa. "Kaget, ya? Lo kenapa masih deketin tunangan gue? Udah gak punya malu?" Fely kembali berdiri. Menarik rambut Chesa dengan sangat kuat hingga kepala Chesa mendongak ke atas.
"Selama ini gue udah sabar karena lo yang berani deketin cowok gue. Tapi gue gak bisa sabar lagi kalau hubungan kalian lebih dari sekedar teman dan sekarang apa? Rasha hanya milik gue. Dia tunangan gue."
"Kak Fely yang rebut Rasha, bukan Chesa," tuduh balik Chesa yang tidak terima dengan perkataan Fely sebelumnya.
Kesal mendengar itu—dengan sekali hentakan Fely kembali menarik rambut Chesa dengan sangat kuat hingga terdengar ringisan dari mulut gadis itu.
"Kalau sampai Rasha tahu semuanya siap-siap aja foto lo yang cantik itu bakal viral satu sekolah. Ah, enggak, satu Jakarta bakal lihat foto lo."
Chesa terdiam mematung mendengarnya. Tiba-tiba saja otaknya blank. Tidak mampu berpikir apa pun lagi jika mengingat hal yang berkaitan dengan foto itu. Tidak. Jangan sampai orang lain melihatnya. Chesa menggelengkan kepalanya berkali-kali. Takut jika suatu saat Fely benar-benar melakukan perkataannya.
"Kalau lo gak mau foto itu jadi viral. Lupain dan ikhlasin Rasha sama gue."
Chesa menangis. Ia tidak tahu jika semuanya akan semakin sulit seperti saat ini. Ancaman Fely terdengar tidak main-main. Chesa takut.
"Semuanya tergantung sama sikap lo, Chesa."
•••
"Kamu dari mana aja?" tanya Bryan melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap Chesa penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...