"Rasa ini secara tidak sadar semakin nyata. Semuanya, seperti sudah direncanakan sejak awal."
-Selat Gibraltar
•••
Rasha mengusap wajahnya dengan kasar. Kejadian beberapa hari yang lalu terus terngiang dalam pikirannya. Perkataan wanita itu terus berputar bagaikan kaset yang rusak. Sangat rusak. Dan itu membuat kepala Rasha ingin pecah saat itu juga.
Flashback on.
"Saya ke sini mau bertemu dengan pria yang ada di foto itu," ucap Rasha dengan tangan kanan yang menunjuk sebuah bingkai foto yang berukuran paling besar.
"Suami saya?" tanyanya yang dibalas anggukan kepala oleh Rasha. "Ada urusan apa dengan suami saya?"
"Saya anak yang diletakkan di depan panti asuhan Bintang. Tepatnya, tujuh belas tahun yang lalu."
Sebuah pernyataan itu tentu saja membuat sang lawan bicara Rasha menatap terkejut ke arah dirinya.
"Ka-kamu?"
Rasha tersenyum. "Iya, saya anak yang kalian buang waktu itu."
"Bagaimana bisa-
"Bagaimana bisa saya mengetahui bahwa itu kalian?" Potong Rasha dengan cepat. Laki-laki itu menyeringai sinis. Tak ada lagi senyuman hangat yang melekat di sana.
Rasha menyenderkan punggungnya ke sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap wanita yang terlihat sedikit muda itu dengan tatapan remeh.
"Beritahu saya, siapa orang tua kandung saya?"
Awalnya, wanita itu masih terkejut dengan kehadiran Rasha yang sangat tiba-tiba. Tapi semua itu tidak berlangsung cukup lama, karena sekarang, wanita itu sudah berdiri dari duduknya.
"Sepertinya, kamu tumbuh cukup baik. Untuk apa menanyakan orang tua kandungmu?"
Rasha ikut berdiri lalu berjalan mendekati bingkai foto yang sejak tadi menarik perhatiannya. Tangan laki-laki itu bergerak untuk menurunkan bingkai foto itu, ia tersenyum lalu menoleh menatap wanita itu dengan tajam.
"Saya tahu, dunia bisnis itu sangat kejam. Bagaimana jika mereka semua tahu dengan apa yang kalian lakukan tujuh belas tahun yang lalu? Menculik seorang anak dan membuangnya? Apakah itu cara terbaik dalam bersaing?"
Tidak mau kalah. Wanita itu berjalan mendekati Rasha dan meraih bingkai foto suaminya dari laki-laki yang sudah tumbuh menjadi anak remaja itu. Ah, dirinya tidak menyangka akan kembali dipertemukan oleh masa lalu dengan cara seperti ini.
"Lalu, apa kabar dengan orang tua kamu yang memulai lebih dulu?" tanyanya dengan satu sudut bibir yang tertarik ke atas. Membentuk sebuah seringaian yang tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...