"Di hidup ini kita tidak bisa menentukan siapa yang nantinya kita cintai. Semuanya kembali pada takdir."
"Akan tetap bersama sampai hari tua atau ... berhenti di tengah jalan sesuai permainan takdir."
-Selat Gibraltar
•••
"Kita mau ke mana, sih, Ras?" tanya Chesa menatap laki-laki di sampingnya dengan kesal. Berulang kali dirinya menanyakan itu lalu Rasha dengan mudah hanya menjawab 'Nanti kamu tahu sendiri' dan Chesa pun terjebak dalam rasa penasaran.
"Oke, sudah sampai." Rasha mematikan mesin mobilnya lalu melepas sabuk pengamannya. Menoleh ke samping—menatap gadisnya yang memasang wajah cemberut. Melihat itu Rasha terkekeh pelan. "Jangan cemberut, dong. Suka sama pantai gak? Sekarang kita lagi di pantai," ujar Rasha dengan santai lalu membuka pintu mobilnya.
Begitu laki-laki itu turun—Rasha langsung beralih ke samping dan membukakan pintu mobil tempat Chesa duduk. "Silakan, Tuan Putri," Rasha berujar dengan mata yang menggoda. Menatap gadisnya dengan bibir yang membentuk bulan sabit.
"Kok, Rasha tahu kalau Chesa suka pantai?" tanyanya menatap sang kekasih dengan heran. Padahal, Chesa belum cerita apa-apa tentang hal yang ia sukai. Tapi laki-laki itu sudah lebih dulu mengetahuinya. Sangat mengejutkan.
Rasha mengetuk jarinya di dagu. Berekspresi seolah sedang berpikir. "Ehm, firasat aja. Tapi ternyata ... firasat aku benar, kan?"
Chesa menganggukkan kepalanya dengan semangat. Gadis itu semakin melebarkan senyumnya ketika Rasha yang menarik tangannya dengan lembut.
"Di sana nanti Chesa mau foto-foto. Rasha harus jadi photografernya, ya?"
"Chesa juga mau main air pantai. Soalnya ... Kak Bryan selalu larang Chesa. Takut Chesa tenggelam, katanya."
"Nanti kita juga minum es kelapa, ya, Ras. Duh, pasti seger.
"Terus nanti kita buat istana pasir. Mau gak, Ras?"
Sejak tadi gadis itu sibuk berceloteh dengan nada yang semangat. Terlihat bahwa Rasha berhasil membuat gadisnya merasa bahagia. Bukannya merasa terusik—Rasha justru tersenyum hingga menampilkan deretan giginya yang putih. Mengacak surai Chesa dengan sangat gemas. Mata gadisnya bahkan sudah berbinar sejak turun tadi.
"Apapun yang kamu mau ... aku pasti bakal kambulkan."
Chesa semakin dibuat bahagia oleh perlakuan kekasihnya. Rasha selalu bisa memanjakan dirinya dengan cara apapun.
"Wah ... seger banget mata Chesa lihatnya." Tanpa sadar Chesa melepaskan tautan tangannya dari tangan Rasha. Merentangkannya lalu memejamkan kedua matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...