"Untuk saat ini biarkan kami merasakan kebahagiaan sebentar. Sebelum takdir dan semesta bertindak jahat."
-Selat Gibraltar
•••
"Lo niat gak, sih?" Tata menatap laki-laki dihadapannya dengan mata yang tajam. Entah mengapa, berada di dekat kakak dari sahabatnya itu sangat mudah untuk membuat darahnya mendidih.
Sedangkan Bryan memutar bola matanya dengan jengah. "Gue udah bilang. Pasti semuanya itu berawal dari sekolah. Lo gak baca pesan yang ada di ponsel Adek gue?"
"Kenapa lo bisa yakin kalau itu berawal dari sekolah?"
Bryan kembali memutar bola matanya. Sangat lelah untuk menjelaskan semuanya dengan gadis dihadapannya sekarang. Menyebalkan sekali.
"Dia bilang buat tunggu di parkiran karena mau pulang bareng. Terus dimana lagi kalau itu bukan sekolah, Tata?" Bryan menggeram kesal karena gadis itu sudah berani menguji kesabarannya.
"Lo benar juga. Ayo, kita cek CCTV yang ada di sekolah," ajak Tata lalu berdiri dari duduknya. Sekarang mereka sedang berada di salah satu cafe yang terkenal di Jakarta. Awalnya, ini bermula ketika Tata yang tiba-tiba datang ke kelas Bryan lalu berlanjut dengan dirinya sendiri yang meminta kerja sama dengan kakak sahabatnya itu. Ya, walau dirinya sangat terpaksa, tapi ini demi Chesa.
Bryan dengan cepat menahan pergelangan tangan berkulit putih itu. Membuat Tata menatap tangan besar milik Bryan dengan bingung. "Gue udah cek kemaren, tapi gak ketemu apa-apa. Semuanya biasa aja. Tapi cuma satu yang gak ada CCTV. Area belakang sekolah."
Tata kembali mendaratkan punggungnya dengan lesu. Lalu bagaimana caranya ia bisa mengetahui semuanya?
"Terus gimana, dong?" tanya Tata yang sudah menghempaskan wajahnya untuk menempel di meja. Menatap Bryan dengan mata yang mengerjap beberapa kali.
"Menurut lo, ada seseorang yang gak suka sama Chesa? Atau lagi ada masalah sama dia? Lo, kan, sahabatnya. Pasti Chesa banyak cerita."
"Selama ini Chesa enggak ada masalah sama siapa pun. Tapi ... dia pernah berantem sama salah satu kakak kelas."
"Siapa?"
"Waktu itu lagi di kantin, dia katanya gak sengaja numpahin kuah bakso ke tangan Chesa. Tapi gue lihat dengan jelas kalau itu sengaja."
"Namanya?"
"Nah, itu masalahnya. Gue lupa, Bry."
Bryan mendengus kesal. Bisa-bisanya di situasi yang seperti sekarang gadis itu melupakan hal yang sangat penting.
"Bisa jadi dia ada hubungannya dengan ini semua. Lo harus ingat-ingat lagi, dong, Ta," desak Bryan dengan nada yang tidak sabaran.
Tata menggebrak meja dengan sangat kuat. Membuat beberapa pasang mata menatap ke arah dirinya dengan tajam karena merasa terganggu dengan tindakannya. Hal itu membuat Tata tersenyum canggung dengan wajah yang meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...