P A R T - 09

517 175 69
                                    

"Jika kamu merasakan kesedihan yang begitu mendalam saat itu, percayalah, hari bahagia akan menantimu. Begitu pun sebaliknya."

—Angelina Chesa Annora

—Angelina Chesa Annora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ceklek.

"Siang, Rasha."

Mendengar suara pintu yang terbuka dan suara lembut yang mengalun begitu saja ke telinganya membuat Rasha yang sedang menulis pun langsung menoleh ke belakang.

"Rasha, lagi ngapain?" tanya Chesa yang langsung menarik kursi di hadapan Rasha.

Saat hendak menjawab, perhatian Rasha langsung teralih ke arah tangan Chesa yang meletakkan susu cokelat dan roti lapis ke atas meja.

"Buat, Rasha. Jangan lupa makan, ya, Ras. Jadi waketos buat Rasha kurusan, ya?"

Rasha terkekeh mendengar pertanyaan itu. "Thanks, Sa. Lo udah makan?"

Chesa menganggukkan kepalanya tanpa menatap Rasha. Gadis itu sedang asik menatap tulisan dan laptop Rasha secara bergantian.

Seakan tahu apa yang membuat gadis itu penasaran, Rasha langsung mengarahkan laptop itu tepat di depan mata Chesa. "Gue lagi buat poin-poin untuk rapat nanti."

"Rapat apa?"

"Ulang tahun sekolah," balas Rasha yang hendak membuka roti lapis pemberian Chesa.

"Cokelat?" gumam Rasha menatap isi dari roti itu.

Chesa mengembangkan senyumnya. "Karena Chesa gak tahu Rasha suka apa. Jadi, Chesa beli aja yang cokelat, kesukaan Chesa."

"Sebenarnya, gue gak suka makanan yang manis. Tapi karena lo udah beli buat gue, ya, gue makan aja."

Mendengar itu membuat Chesa melunturkan senyumnya begitu saja. "Yah, terus, Rasha sukanya apa, dong?"

"Gue suka rasa asin."

Chesa menganggukkan kepalanya mengerti. "Berarti, kalau Rasha beli minuman gak pakai gula, ya?"

Rasha mengerutkan dahinya.

"Tapi, diganti sama garam?"

Uhuk.

Mendengar pertanyaan yang sangat tidak masuk akal itu membuat Rasha yang hendak menelan roti langsung tersedak.

"Pelan-pelan, dong, Ras, makannya. Chesa gak bakal minta, kok."

Seharusnya, Rasha sadar. Gadis di hadapannya sekarang masih memiliki otak yang berada di garis paling bawah.

"Benarkan, apa yang Chesa tanya tadi?"

Setelah menelan roti itu dengan susah payah. Akhirnya, Rasha menoleh ke samping dan menatap wajah Chesa dengan heran. Sebenarnya, apa yang keluarga gadis ini ajarkan? Hingga pikirannya masih terlalu polos. Sangat polos.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang