"Hidup itu boomerang. Apa yang kamu lakukan kepada orang lain, suatu saat kamu akan merasakan bagaimana menjadi orang tersebut."
-Selat Gibraltar
•••
Kejadian di aula kemaren masih menjadi bahan perbincangan hangat murid Nusa Bangsa. Mereka tidak menyangka bahwa hal yang selama ini mereka bicarakan sama sekali tidak benar, bahkan, hal yang tidak mereka duga justru itulah kebenarannya.
Felysia Gianina. Gadis itu merasa sangat shok sekaligus malu akan perbuatan yang dilakukan oleh Chesa, David, Tata, dan Zea kemaren. Akibat dari perbuatan ke empat orang itu, sekarang Fely menjadi bahan bullyan murid Nusa Bangsa. Tidak ada yang mau menolong gadis itu. Bagi mereka, Fely pantas menerima ini semua akibat dari perbuatannya. Seperti sekarang, Fely menatap nanar tempat duduknya yang dipenuhi sampah dan coretan yang berisi hinaan tentang dirinya. Persis, seperti apa yang Chesa alami kemaren, bahkan, ini tergolong jauh lebih parah.
"Masih punya muka buat sekolah?" tanya salah satu siswi yang berambut pirang. Menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan jijik. "Lo itu cuma sampah di sini. Kelakuan lo yang buat hidup Chesa sama David hampir hancur itu benar-benar gila, Fel. Gue rasa lo perlu berobat ke psikiater," tambahnya sambil tertawa. Diikuti oleh semua teman sekelasnya yang ikut menertawakan Fely.
Sedangkan yang menjadi bahan omongan itu hanya mampu diam dan menundukkan kepalanya. Mengepalkan kedua tangannya dengan kuat karena tidak tahan dengan situasi ini. Kedua sahabatnya, Sakira dan Sovia memilih untuk pindah sekolah sekaligus pindah kota. Mereka pindah ke Bogor. Fely tidak punya teman satu pun sekarang.
"Gue mau buat kue. Kalian mau gak?" tanya murid laki-laki bername tag Dion. Laki-laki yang menggunakan seragam urakan itu berjalan ke arah Fely dan melemparkan telur yang sangat banyak.
"Itu cocok banget, sih, buat dia," sahut siswi berambut sebahu.
Mereka menatap Fely sambil tersenyum senang. Tidak ada raut kasihan sama sekali. Mereka benar-benar memberikan keadilan untuk Chesa.
"Gue kasih tepung juga, ya," tambah Dion, lagi yang sambil tertawa.
Sekarang seragam Fely dipenuhi oleh tepung dan telur. Ia hanya bisa diam dan menerima semuanya. Untuk bergerak dan berlari dari sini pun rasanya ia tidak mampu. Fely terlalu pengecut sekarang.
"Gue mau lempar telur juga, dong," pinta salah satu siswi yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Dion. Laki-laki itu memberikan sekantong plastik yang berisi telur ke hadapannya.
Saat siswi itu melemparkan telurnya seseorang berhasil melindungi Fely hingga punggung itu yang menjadi sasarannya. Semua pasang mata menatap sosok itu dengan mata yang terkejut.
Chesa. Gadis itu yang menolong Fely.
Fely mendongakkan kepalanya saat merasakan ada seseorang yang berada tepat di depannya. Matanya membulat saat mengetahui bahwa Chesa yang melindunginya saat ini. Gadis itu menolongnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...