P A R T - 45

177 37 23
                                    

"Perihal cinta. Orang pintar sekali pun akan menjadi sangat bodoh jika menyangkut perasaan."

-Selat Gibratar

-Selat Gibratar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Rasha, selamat pagi," sapa Chesa dengan riang. Berusaha untuk berjalan beriringan di samping mantan kekasihnya itu. Menatap wajah Rasha yang terlihat segar di pagi hari.

"Rasha makin ganteng aja. Rahasianya apa?" Chesa semakin kagum dengan wajah Rasha yang terlihat mulus dan cerah. Tidak ada sedikit pun jerawat di wajahnya.

"Rasha udah sarapan belum?" Tanpa sadar—sejak tadi hanya Chesa saja yang mengeluarkan suara sedangkan Rasha hanya sibuk menatap lurus ke depan. Berusaha untuk tidak menganggap kehadiran Chesa. Jangan sampai dirinya luluh atas perlakuan gadis berponi itu.

"Ras, kok, diam aja, sih?" Chesa berdecak menatap laki-laki di sampingnya dengan raut wajah yang kesal.

Saat berada di persimpangan—Rasha langsung berjalan ke arah kiri tanpa mempedulikan Chesa yang hanya diam menatap punggungnya.

"Rasha beneran jauhin Chesa, ternyata. Tapi Chesa gak bakal nyerah sebelum Rasha sadar kalau Kak Fely itu bukan orang baik."

•••

"Ayo, makan dulu. Aku bawa bekal dari Mama buat kita berdua," ajak Fely sambil meletakkan paper bag yang berisi dua tupperware. Membuka bekal itu dengan semangat karena ini adalah momen pertama kalinya mereka makan bersama di sekolah dengan status sebagai tunangan.

"Ini Mama yang masak?" tanya Rasha menatap gerak-gerik Fely sejak tadi.

Fely menganggukkan kepalanya lalu bertanya, "iya, kenapa?"

"Kapan-kapan aku mau cobain masakan kamu," pinta Rasha yang menggunakan nada tidak terbantahkan. Mendengar itu membuat Fely tiba-tiba saja gelagapan. Rasha ingin mencoba masakannya? Yang benar saja! Fely tidak bisa masak, sobat!

Fely menyodorkan salah satu tupperware itu ke hadapan Rasha tak lupa ia menyahuti permintaan Rasha tadi, "kapan-kapan, ya. Aku mau belajar masak dulu."

Rasha menganggukkan kepalanya mengerti. "Oke, selamat makan."

"Selamat makan."

Chesa terdiam mematung menyaksikan itu semua. Melihat kedekatan antara Fely dan Rasha yang tampak begitu nyata di hadapannya membuat hati Chesa lagi-lagi terasa sesak dan sakit dalam satu waktu.

Apakah Rasha benar-benar sudah jatuh ke dalam pelukan Fely? Laki-laki itu terlihat memperlakukan Fely dengan sangat lembut, sama seperti dirinya kemaren, bahkan, jika dibandingkan. Entah mengapa, Chesa merasa bahwa perlakuan Rasha kepada Fely jauh lebih spesial dibanding saat bersamanya.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang