P A R T - 14

386 117 59
                                    

"Jika di dunia ini ada dua aturan."

"Merelakan atau tersakiti."

"Maka aku akan memilih opsi pertama."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Ras, lo udah janji sama gue kalau lo lupa."

Rasha memijit pangkal hidungnya. Sejak beberapa menit yang lalu ia terus dipusingkan dengan suara Fely yang menagih janjinya.

"Iya, nanti gue temenin lo. Tenang aja."

Fely tersenyum senang mendengarnya. "Gue gak sabar buat ketemu sama Mama."

Rasha hanya diam dan terus mengerjakan tugasnya. Menjadi waketos bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak beban yang dipikul laki-laki itu. Tapi Rasha tetap menikmatinya.

Ceklek.

"Keluar. Gue mau diskusi sama partner gue."

Fely merenggut kesal. Baru saja dirinya merasa senang bahwa sebentar lagi Rasha akan menghabiskan waktu bersamanya. Tapi mengapa ketos menyebalkan ini datang di waktu yang tidak tepat? Aih, seharusnya, ia harus menyingkirkan tikus ini secepat mungkin. Selalu saja ikut campur.

"Kalau gue gak mau?" tanya Fely yang terkesan menantang. "Gue janji buat gak ganggu kalian berdua. Gue bakal duduk manis di sini. Bisa, kan, Ras?"

Rasha tersenyum tipis. Berusaha untuk tetap sabar. Menumpuknya tugas dan banyaknya deadline, membuat Rasha sangat merasa lelah. Jangan sampai dirinya terpancing emosi hanya karena seorang gadis.

"Lo keluar dulu, ya, Fel. Nanti pulang sekolah kita jenguk nyokap lo," bujuk Rasha dengan lembut.

Fely menatap David sekilas, laki-laki itu tersenyum mengejek. Sialan.

"Oke, gue keluar."

Setelah pintu tertutup dan keadaan kembali hening. Akhirnya, Rasha bisa bernafas lega tanpa ada gangguan dari siapa pun.

"Beban lo banyak banget, ya," sindir David terkekeh pelan.

Sedangkan Rasha hanya memutar bola matanya dengan malas. Saat ini ia tidak minat untuk sekedar berdebat.

"Perasaan gue tugas OSIS gak semuanya dibebankan sama lo, deh." David berusaha untuk mengintip layar laptop Rasha, namun, dalam sekejap laptop itu sudah ditutup. David mengerutkan dahinya.

"Gue balik ke kelas. Thanks, buat yang tadi."

David menatap pintu ruang OSIS yang masih terbuka itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ternyata, gue belum mengenal partner gue dengan baik."

•••

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang