"Ibaratkan, semut dan gula. Selalu ada sinyal untuk membuat semut menemukan keberadaan gula dengan sangat mudah."
—Angelina Chesa Annora
•••
"Sore, Rasha."
Suara lembut itu mampu mengalihkan perhatian Rasha yang baru saja hendak menutup pintu ruang OSIS. Laki-laki yang menggunakan hoodie berwarna hitam itu menoleh menatap ke asal suara.
"Sore juga, Lo belum pulang?" tanya Rasha sembari mengunci pintu itu dan setelah selesai, Rasha memutar tubuhnya sedikit ke arah samping hingga berhadapan dengan Chesa.
Chesa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Lagi nungguin Kak Bryan latihan futsal. Rasha, kenapa belum pulang juga?"
Sebentar, sepertinya, Rasha sedikit janggal akan sesuatu. "Lo sebenarnya mau panggil gue Kakak atau cuma nama doang?" Laki-laki itu menggaruk kepalanya bingung.
Terlihat Chesa yang sedang berpikir sebentar lalu kembali tersenyum. "Panggil nama aja, biar gak kepanjangan. Boleh, kan, Kak?"
"Katanya, panggil nama aja, itu kenapa masih sebut Kakak?"
Chesa menepuk jidatnya pelan sambil terkekeh. "Aduh, Chesa keceplosan."
Tingkah Chesa yang sangat lucu dan menggemaskan dalam waktu bersamaan membuat rasa penat Rasha sedikit menghilang. Laki-laki itu melirik ke arah lapangan sebentar, terlihat ada Bryan dan anak futsal lain yang sedang latihan, tak lama kemudian, Rasha kembali memutar kepalanya menatap Chesa dengan lembut dan bertanya, "lo mau pulang bareng gue gak?" Tawaran itu meluncur begitu mulus dari mulutnya. Entah apa yang membuat Rasha ingin berada lebih lama dengan gadis berponi itu, tapi Rasha sedikit merasa nyaman, may be?
Dengan semangat gadis itu menganggukkan kepalanya dan menampakkan senyuman yang sangat lebar. "Mau banget," jawabnya dengan cepat.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Rasha langsung menarik tangan Chesa dengan lembut dan berjalan santai keluar dari sekolah.
Chesa yang diperlakukan seperti itu pun tidak bisa lagi mengukur bagaimana bahagianya ia sekarang. Secara spontan, Chesa memegang dada bagian kirinya, di mana letak jantung itu berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Chesa, gak sakit jantung, kan?" batin Chesa menatap tangannya dan tangan Rasha yang saling bertautan.
•••
Tanpa Chesa duga, laki-laki yang notabene sebagai kakak kelasnya itu pun tidak langsung mengantarkan dirinya pulang, melainkan ke sebuah kedai es krim yang tidak jauh dari sekolah.
"Kita ke sini ngapain, Rasha?" tanya Chesa mendongakkan kepalanya menatap wajah laki-laki itu dengan jelas.
Rasha menoleh ke samping lalu bertanya, "lo suka es krim, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...