"Tidak peduli dengan mereka, bahkan, tidak peduli dengan semesta yang tidak merestui hubungan ini. Yang jelas semua dimulai dari pertemuan itu. Takdir yang memberikan kami ruang dan seharusnya, takdir juga yang memberikan kami kesempatan."
-Selat Gibraltar
•••
Brak.
Suara bantingan pintu yang sangat keras itu mengundang perhatian semua murid Nusa Bangsa, terutama mereka yang ada di dalam kelas XI.IPA 2. Terlihat sosok Bryan yang menggunakan seragam kotak-kotak warna kuning khas Nusa Bangsa dengan wajah yang memerah. Sangat jelas bahwa laki-laki itu sekarang berada di ujung tanduk.
"Sorry, Bry. Lo kenapa main tendang aja itu pintu? Tangan lo udah gak berfungsi lagi?" tanya salah satu murid laki-laki yang ada di sana. Diketahui bahwa sosok itu adalah ketua kelas XI. IPA 2, jadi sangat wajar bahwa ia tidak terima ada orang lain yang mengganggu ketenangan warga kelasnya.
"Gue cuma mau ketemu sama Rasha. Mana Rasha?" tanya Bryan menatap ke seluruh penjuru kelas. Tapi mata cokelat milik Bryan tidak menemukan sosok yang ia cari. Sial.
"Dia belum datang. Sekarang lo bisa pergi? Kedatangan lo buat kami gak tenang," usir laki-laki itu tanpa merasa takut sedikit pun dengan tatapan Bryan yang tajam.
Dengan sekali hentakan Bryan menarik kerah seragam laki-laki bername tag Fajar itu. Menatapnya dengan pancaran api. Seolah ingin membunuh laki-laki itu. Semua yang ada di dalam kelas pun melototkan matanya tak percaya. Pasti ada sesuatu hal yang membuat kapten futsal mereka begitu marah.
"Lo jangan coba untuk menghentikan gue."
"Lo gak ada kerjaan lain, Bry?"
Suara itu membuat Bryan melepaskan cengkeramannya dan menoleh ke belakang. Menatap Rasha yang tampaknya baru saja datang.
"BAJINGAN."
Bugh.
Semua murid perempuan yang melihat kejadian itu langsung memekik karena terkejut dengan aksi yang dilakukan oleh Bryan. Kapten futsal itu langsung memukul wajah Rasha tanpa aba-aba. Begitu pun dengan Rasha—wakil ketua OSIS itu sudah tersungkur ke lantai.
"Maksud lo apa?" tanya Rasha dengan tenang. Dirinya berusaha untuk menahan emosi. Tidak ingin jika perkelahian ini semakin panas.
"Lo masih nanya maksud gue apa?" tanya balik Bryan lalu berjalan mendekati Rasha. Menatap laki-laki itu dengan tatapan yang sangat mengerikan. "Lo masih bisa berdiri di sini tanpa merasa bersalah sedikit pun? Adek gue terbaring di kamarnya sekarang. Dia trauma karena sesuatu hal terjadi sama dia kemaren dan itu ada hubungannya sama lo."
Rasha mengerutkan dahinya bingung. Tidak mengerti maksud dari perkataan Bryan. Chesa trauma? Terbaring di dalam kamar? Ada hubungannya dengan dirinya? Apa yang dikatakan Bryan sama sekali tidak masuk ke dalam otak Rasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...