P A R T - 13

411 130 45
                                    

"Ternyata, tanpa disadari, banyak sekali orang yang menentang hubungan ini."

"Kami terlalu egois."

"Kami hanyalah dua insan yang sengaja dipertemukan oleh takdir untuk menikmati sebuah rasa sakit."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sepertinya, cuaca hari ini sangat mendukung. Terlihat langit yang berwarna biru cerah, tidak ada warna hitam di sana. Bahkan, seorang gadis yang menggunakan jepit rambut ala-ala Korea itu terus menampakkan senyumnya.

"Pagi semua."

Di setiap koridor yang ia lewati. Di mana ada orang yang terlihat di depan matanya, ya, walaupun ia tidak mengenal siapa orang yang ia sapa itu, Chesa terus menyapa dengan riang tanpa merasa canggung.

"Pagi juga, Chesa."

Dan mereka yang di sapa pun, tidak sedikit membalas sapaannya. Sudah banyak yang mengenal Chesa karena ia terkenal sebagai adik kelas yang polos, imut, periang, dan satu lagi, kedekatannya dengan waketos Nusa Bangsa adalah pemicu paling kuat yang menyebabkan dirinya banyak dikenal.

Dengan langkah yang tidak terlalu cepat, Chesa berjalan ke arah kiri dan masuk ke dalam kelasnya. Sudah banyak murid yang berdatangan. Mungkin, karena hari ini adalah jadwal bersama guru killer. Siapa lagi jika bukan, Pak Botak. Sebenarnya, nama guru matematika itu adalah Pak Haru. Tapi karena mereka yang suka memberi julukan kepada guru, tanpa segan mereka menyebutnya, Pak Botak.

"Tata tumben datang duluan," ucap Chesa yang tanpa sadar sudah menyindir sahabatnya itu. Dengan semangat ia meletakkan tas berwarna cokelat kesayangannya di atas meja. Hari ini ia berniat untuk mengganti warna tasnya, alasannya tentu saja, bosan.

"Gue datang cepat salah." Tata memutar bola matanya malas. Sedangkan Zea yang duduk di sebelah Chesa pun tertawa pelan. "Eh, ganti tas lo?" tanya Tata yang dibalas anggukan kepala oleh Chesa.

"Ada yang namanya Chesa di sini?"

Suara itu membuat semua perhatian teralih ke arah pintu yang menampakkan sosok kakak kelas.

"Chesa?"

Mendengar namanya di sebut oleh gadis yang pernah ia temui di ruang OSIS, membuat Chesa langsung menegakan tubuhnya dan menatap kakak kelas itu dengan raut wajah penuh kebingungan.

"Lo Chesa, kan?" tanyanya berjalan masuk ke dalam kelas tanpa merasa canggung sedikit pun.

Chesa menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa, Kak?"

"Bisa ikut gue sebentar gak?" tanyanya menatap Chesa diiringi dengan senyuman yang sangat manis. "Bisa dong, yuk." Belum sempat Chesa menjawab iya atau tidak, gadis yang terkenal bad girl itu langsung menarik pergelangan tangan Chesa untuk keluar dari kelas.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang