"Dan semesta kembali mempermainkan kami."
-Selat Gibraltar
•••
"Kak, Rasha mana?" Chesa menatap ruang OSIS dengan teliti. Tidak ada orang lain selain David di dalam sini. Lalu, kemana kepergian laki-laki itu?
Sudah beberapa hari ini, Chesa tidak pernah berbicara sedikit pun dengan Rasha. Dichat ... tapi tidak dibalas, begitu juga dengan telpon, tidak pernah diangkat. Sepertinya, Rasha sangat sibuk dan Chesa yang sedang menahan rindu.
"Rasha? Tadi dia pergi sama Dira buat beli bahan untuk persiapan festival nanti," balas David yang sambil membereskan beberapa kertas di atas meja. "Lo gak tahu?" tanya David menatap pacar dari partnernya itu dengan heran.
Chesa menggelengkan kepalanya dengan lesu. Memilih untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Meletakkan tas kesayangannya di atas meja lalu beralih menatap David dengan sedih.
"Beberapa hari ini Rasha sibuk banget. Terakhir kami ngomong pas jalan-jalan minggu kemaren," ungkap Chesa yang sudah tidak tahan menahan rasa rindunya dengan laki-laki pemilik mata hitam itu. "Persiapan buat ulang tahun sekolah memang sesibuk ini, ya, Kak?"
David menganggukkan kepalanya—membenarkan pertanyaan dari Chesa. "Namanya juga ulang tahun sekolah, Sa. Banyak banget yang harus direncanakan dan disiapkan." David berjalan ke arah salah satu meja besar di sana. Tempat di mana dirinya yang sering duduk, meja khusus ketua OSIS. "Lo mau cokelat gak? Siapa tahu berkat ini mood lo balik lagi," tawar David mengangkat satu batang cokelat silverqueen yang berada di tangan kanannya.
Chesa menatap cokelat itu dengan mata yang berbinar dan menjawab, "Chesa mau banget."
Dengan senang hati David berjalan mendekati Chesa dan menyodorkan cokelat itu ke hadapan adik kelasnya.
"Gimana?"
"Gimana apa?"
"Perasaan lo pas udah pacaran sama Rasha."
Mendengar itu Chesa kembali menunduk lesu. Menatap cokelat yang sudah terbuka bungkusnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Baik, kok. Cuma ... semuanya semakin sulit."
"Sulit gimana?" David mengerutkan dahinya bingung. Menarik kursi yang berada di depan Chesa dengan cepat. Menatap adik kelasnya itu dengan raut wajah penasaran.
"Semuanya menentang hubungan kami."
Chesa mengangkat tangannya—menggigit cokelat itu sedikit demi sedikit. Menikmati setiap rasa yang ia dapatkan dari makanan kesukaannya. Lumayan, menenangkan.
"Karena kalian beda keyakinan?" tebak David yang tepat sasaran. Chesa menganggukkan kepalanya. Melihat wajah adik kelasnya yang terlihat sangat sedih membuat David membuang nafasnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...