"Terkadang, aku berpikir bahwa takdir sangat tidak adil."
"Tapi, aku salah. Bukan takdir yang tidak adil. Melainkan, aku yang terlalu menutup mata dengan sekitar."
-Selat Gibraltar
•••
"Lagi, Sa?" tanya Zea menatap cokelat yang berada di dalam tas sahabatnya.
Tata yang melihat itu semakin penasaran. Sebenarnya, siapa yang melakukan itu? Apakah dia sangat menyukai Chesa, sahabatnya?
"Lo penasaran gak, sih, Mot?" tanya Tata yang sudah biasa memanggil Chesa dengan sebutan Camot.
Chesa menatap dua batang cokelat silverqueen itu dengan raut wajah yang kebingungan. Jujur saja, sejak pertama kali masuk ke sekolah ini, Chesa belum menemukan siapa pelakunya.
"Chesa penasaran banget, Tata. Tapi siapa, ya, kira-kira?" tanyanya menatap Zea dan Tata secara bergantian.
Seketika sebuah ide muncul di pikiran Zea. Gadis itu mengembangkan senyumnya membuat Tata yang berada di sampingnya merasa aneh. "Kenapa lo senyum sendiri?"
"Coba kita tanya aja sama mereka yang gak keluar kelas."
Usulan yang diberikan oleh Zea mengundang senyuman dari Tata dan Chesa. "Otak lo oke juga, Ze," sindir Tata lalu berjalan ke tengah. Gadis tomboy itu menatap teman sekelasnya satu per satu.
"Permisi, guys. Gue mau tanya, di antara kalian siapa yang gak keluar dari kelas pas istirahat pertama tadi?"
Chesa menunggu jawaban dari mereka. Ia berharap setidaknya ada satu atau dua orang yang tidak keluar, agar dirinya bisa mengetahui siapa yang telah melakukan ini.
"Gue ke kantin. Kenapa emang?"
"Gue ke perpus."
"Biasanya, yang gak pernah keluar kelas itu, Putri. Dia, kan, gak ada teman," ucap salah satu murid perempuan yang sedang asik berselfie dengan ponsel kesayangannya.
Mendengar itu membuat Tata menatap seorang gadis yang menggunakan kacamata dengan senyuman yang mengembang sangat lebar.
"Lo gak kemana-mana dari tadi?" tanya Tata yang sudah berada di depan meja Putri. Gadis itu selalu menyendiri di kelas, tidak suka bersosialisasi dengan siapa pun dan lebih suka menghabiskan waktunya dengan buku kesayangannya.
Putri menaikan sedikit posisi kaca matanya yang melorot ke bawah. Gadis itu menatap Tata dengan datar dan alis yang diangkat satu. Terlihat bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Tata di depan mejanya.
"Kok, lihat gue gitu banget? Gue nanya baik-baik, nih. Lo gak keluar kelas dari tadi?" Tata harus mencoba bersabar lagi. Jika dirinya bertambah emosi dengan wajah Putri yang menyebalkan, mungkin, gadis itu semakin tidak ingin membuka suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...