"Seiring berjalannya waktu, semua orang akan berubah. Tapi tetap, perasaan ini masih dengan pemilik yang sama."
-Selat Gibraltar
•••
Suasana di ruang makan keluarga Geraldo sangatlah panas malam ini. Di tengah-tengah mereka ada Bram yang sedang memotong steak dengan cara yang sangat sadis. Sesekali pria itu melirik ke arah anak bungsunya yang hanya diam sambil menundukkan kepala karena takut menatapnya.
"Papa bilang apa sama kamu. Rasha itu bukan yang terbaik, buktinya apa? Dia tunangan sama gadis lain dan tinggalin kamu," ucap Bram dengan nada yang sudah tidak setenang sebelumnya. Mata pria itu bahkan sudah berapi-api karena menahan amarah. Melirik ke arah samping—tepat di mana istrinya duduk. "Ini salah Mama juga yang udah kasih izin sama Chesa buat dekat sama Rasha. Jadi gini, kan, ujungnya," sambung Bram dengan menuduh Michelle yang juga ikut terseret dalam kasus percintaan anaknya.
Chesa mendongakkan kepalanya tidak terima. Selama ini Chesa terima saja jika papa dan Bryan yang memarahinya habis-habisan. Tapi Chesa jelas tidak akan terima jika mamanya juga ikut dituduh.
"Pa, Mama gak salah di sini. Ini sepenuhnya salah Chesa," bela Chesa dengan cepat. Takut jika nanti kedua orang tuanya bertengkar hanya karena dirinya. Cukup sudah semua beban selama ini dan Chesa tidak mau menambahnya lagi.
Bryan hanya diam saja. Fokus dengan makanan yang ada di piringnya tanpa mempedulikan Chesa yang sedang dimarahi. Toh, ini juga salah Chesa.
"Iya, ini semua memang salah kamu, Angel! Pokoknya, Papa gak mau lagi dengar kamu deketin dia. Dia udah ada tunangan dan itu bukan kamu," tegas Bram yang sudah merubah panggilannya kepada Chesa menjadi Angel. Panggilan dengan nama depan itu akan keluar dari mulut Bram jika sedang marah atau kesal dengan anak bungsunya. "Jangan bikin malu keluarga," tambah Bram yang berhasil membuat hati Chesa mencelos ketika mendengarnya. Setelah mengatakan itu Bram langsung berdiri dan meninggalkan ruang makan begitu saja. Menyisakan Chesa, Michelle, dan Bryan yang saling menatap dengan tatapan yang berbeda.
"Maafin, Chesa."
•••
Semua murid perempuan kelas sepuluh mulai bersemangat untuk berjalan memasuki lapangan. Terutama Chesa. Gadis itu sejak tadi tidak melunturkan senyumnya sedikit pun. Mendengar kabar bahwa kelas olahraga mereka saat ini di gabung dengan kelas Rasha membuat Chesa yang sangat malas dengan pelajaran olahraga pun langsung berubah menjadi semangat empat lima.
"Udah punya tunangan si doi kalau lupa," sindir Tata yang tahu jika sahabatnya itu merasa sangat senang saat akan bertemu dengan Rasha, mantan kekasihnya.
Sedangkan Zea hanya menggelengkan kepalanya melihat Tata yang tiada hentinya selalu menyindir Chesa.
"Biarin aja, kan, mereka belum nikah. Berarti ... Chesa masih bisa buat nikung," balas Chesa, membela dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...