P A R T - 38

180 46 44
                                    

"Sepertinya, sekarang semesta sedang tertawa keras. Melihat semuanya hancur berkeping-keping dan tak tersisa."

"Jadi, masih adakah hari untuk esok?"

-Selat Gibratar

-Selat Gibratar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Festival sudah usai.

Hari ini ... hari ulang tahun Adhitama Rendra.

Apakah hari ini adalah hari kehancuran Chesa dan Rasha?

Apakah semuanya akan berakhir sekarang?

"Gue harap lo datang." Tanpa mau banyak menghabiskan waktu lebih lama lagi—Rasha langsung menegakkan tubuhnya dan menatap lurus ke depan. "Sorry, gue gak bisa buat jemput lo. Lo bisa ajak sahabat lo atau Bryan."

Chesa menatap undangan berwarna biru muda itu dengan pandangan yang berbinar. Calon ayah mertuanya ulang tahun? Wah, ini kabar gembira. Kado apa kira-kira yang cocok untuk ayah Rasha? Sepatu? Dasi? Jam tangan? Atau ... mobil? Ah, tidak itu terlalu berlebihan.

"CHESA PASTI DATANG, KOK!" Suara teriakan Chesa yang begitu menggelegar mampu menarik perhatian beberapa murid Nusa Bangsa—termasuk Rasha. Sejenak laki-laki yang memiliki punggung kokoh itu memejamkan matanya karena menahan sesak yang tiba-tiba saja datang. Membayangkan kejadian malam nanti membuat dirinya semakin takut. Bagaimana perasaan gadisnya nanti?

"Maaf, Sa. Karena setelah ini kamu akan kecewa."

•••

Prok prok prok.

Suara tepuk tangan yang sangat meriah menjadi pengiring saat pria yang bernama lengkap Adhitama Rendra itu meniup lilin ulang tahunnya. Sangat banyak tamu yang berdatangan ke sini. Setengahnya mungkin rekan kerjanya dan setengahnya lagi adalah teman-teman Rasha. Termasuk ... seorang gadis yang menggunakan dress berwarna putih di ujung sana.

"Kalau tahu gini gue gak bakal nolak, deh," ucap Tata menatap kagum dekorasi ulang tahun ayah Rasha. Sangat mewah dan elegan. "Ini sejarah buat gue. Pesta ulang tahun paling wah, wah, dan wah," sambungnya lagi yang masih tak percaya bahwa Rasha sebenarnya adalah anak orang kaya. Bahkan, sangat kaya.

"Norak banget kamu, Ta," ejek Zea dengan tangan yang sedang memegang segelas minuman berwarna merah. Menatap ke arah panggung—di mana Rasha berdiri tegap di sana.

"Udah. Kita nikmatin aja pestanya."

"BAIKLAH, KITA LANJUT. MUNGKIN, ADA YANG INGIN DISAMPAIKAN OLEH PAK TAMA. KEPADA PAK TAMA WAKTU DAN TEMPAT SAYA PERSILAKAN."

Prok prok prok.

Suara tepuk tangan kembali terdengar riuh. Tama berjalan ke arah tengah panggung. Menatap para tamu undangannya dengan sorot penuh kebahagiaan.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang