P A R T - 12

449 141 55
                                    

"Kata kebanyakan orang, cinta itu adalah anugerah. Kamu akan merasa orang yang paling spesial di dunia."

"Tapi, itu tidak berlaku bagi kisah ini."

"Cinta yang kami miliki justru membuat kami sakit. Tanpa sadar bahwa kami sudah terlalu jauh."

"Kami sudah melewati batas."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sejak hari itu, Chesa tidak peduli lagi apa yang akan terjadi nanti. Dirinya penasaran. Sebenarnya, apa yang ia rasakan sekarang? Sebuah perasaan takut kehilangan dan nyaman dalam satu waktu.

"Nih, buat lo."

Chesa menoleh ke samping. Menatap Rasha yang memberikan segelas cangkir yang bisa ia tebak berisi minuman cokelat hangat. Ia bisa mencium aroma cokelat dari cangkir itu.

Dengan senang hati Chesa menerima minuman buatan Rasha dan segera menghirup aroma kesukaannya sambil memejamkan kedua matanya.

"Aroma cokelatnya Chesa suka."

Rasha menarik kedua sudut bibirnya ke atas menatap langit malam yang entah mengapa sangat indah. Mungkin, karena kehadiran Chesa di apartemennya? Memikirkan itu membuat Rasha merasa geli sendiri.

"Lo gak takut Bryan marah?" tanya Rasha tanpa memutuskan pandangannya dari langit. 

Mendengar itu Chesa hanya mengangkat bahunya dengan acuh lalu menikmati minuman cokelat hangat kesukaannya.

Sebelum membuka suara, gadis itu berjalan ke arah sofa yang berada di sana. "Chesa gak takut kalau Kak Bryan marah-marah lagi."

"Lo udah punya keberanian, ya, sekarang," balas Rasha lalu ikut duduk di sebelah gadis itu.

"Ayo, gue antar pulang. Udah malam ini," ajak Rasha melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul sembilan malam.

"Bentar." Karena ingat dengan kata Michelle yang mengatakan untuk tidak menyisakan makanan atau minuman, Chesa meneguk minuman itu hingga tandas tak tersisa.

Melihatnya Rasha tersenyum. "Enak banget, ya, Sa?"

Chesa hanya menganggukkan kepalanya lalu berdiri. "Besok-besok buatin lagi, ya, Ras."

"Buat sendiri, dong."

"Rasha pelit."

•••

Tak terasa mobil yang dikendarai oleh Rasha itu pun sudah tiba di pekarangan rumah Chesa. Sebelum membuka pintu mobil, Chesa tanpa merasa ragu atau takut sedikit pun menggenggam tangan Rasha. Tentu saja perlakuan itu membuat laki-laki di sampingnya terkejut.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang