P A R T - 52

192 39 70
                                    

"Kini semesta kembali mempermainkan kami. Tidak puas dengan satu masalah yang diberikan, kini kembali menambah masalah baru. Sepertinya, semesta akan terus mengusik, sebelum kami hancur tak tersisa."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Tiga hari sudah berlalu. Masa skors David dan Chesa sudah usai. Pagi ini, gadis yang memiliki rambut sebahu dan poni itu sudah berada di pekarangan sekolah. Satu sisi, Chesa sangat senang karena bisa kembali masuk sekolah, tapi di satu sisi lain, Chesa masih merasa sedih sekaligus kecewa dengan sikap Rasha dua hari yang lalu. Setelah berdiri di bawah guyuran hujan selama tiga jam lebih, saat itu David tiba-tiba saja datang di hadapannya dan membawanya pulang ke rumah.

Tanpa disangka, semua keluarga Chesa, termasuk Bram. Sangat menyukai David, mereka ingin bahwa laki-laki yang seumuran dengan kakak laki-lakinya itu menjadi kekasih Chesa.

"Gue kangen banget sama lo, Mot," ucap Tata yang baru saja tiba di samping Chesa. Memeluk tubuh mungil sahabatnya dengan erat dan senyuman yang sangat lebar.

Tidak lama kemudian datanglah Zea yang juga ikut memeluk kedua sahabatnya. "Tiga hari gak ada kamu rasanya hampa banget, Sa," sahut Zea, akhirnya mereka bisa kembali bertiga lagi.

"Chesa juga sedih tahu, tiga hari di rumah gak ada kerjaan," balas Chesa dengan raut wajah yang berubah menjadi sedih.

Tata dan Zea melepaskan pelukannya. Menatap wajah Chesa yang sedikit ... pucat?

"Kamu sakit, Sa?" tanya Zea yang masih memperhatikan setiap inci dari wajah Chesa. Wajah putih itu sudah terlihat seperti mayat hidup, belum lagi bibir Chesa yang berwarna putih.

Chesa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Walaupun, dari tadi Chesa merasa sangat pusing, tapi Chesa tetap memaksa untuk pergi ke sekolah.

"Tapi muka lo pucat banget, bibir lo juga," cela Tata yang tidak percaya dengan jawaban Chesa. Pasti sahabatnya itu sedang berbohong.

"Chesa sehat, kok," tegas Chesa meyakinkan mereka. Hari ini Chesa berharap agar Rasha mau berbicara dengannya. Karena Chesa akan membongkar semua kejahatan Fely dengan mulutnya sendiri. Ya, walaupun tanpa adanya bukti, tapi Chesa tetap akan melakukannya. Semua resiko yang terjadi nanti, akan ia terima.

"Udah mau upacara, nih. Yuk, masuk," ajak Chesa mengalihkan topik pembicaraan mereka."

•••

Teriknya matahari pada hari Senin ini benar-benar luar biasa. Banyak para murid yang mengeluh karena entah mengapa hari ini upacara berjalan sangat lama.

Di barisan kelas sepuluh. Chesa terus menundukkan kepalanya karena tidak tahan menahan pusing yang sejak tadi terus membesar. Denyutan itu benar-benar menyakitkan. Hingga tanpa sadar tubuhnya terhuyung ke belakang. Sontak semua murid melihat ke tempat barisan Chesa tadi.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang