"Ada banyak hal yang harus kita ketahui di dunia ini. Salah satunya adalah penggunaan kata 'selamanya'. Tidak mungkin kita bisa mencintai seseorang untuk selamanya. Tapi ... jika kita kehilangan seseorang untuk selamanya itu tentu saja terjadi. Tanpa ada kata mungkin atau tidak mungkin."
-Selat Gibratar
•••
Bugh.
Bugh.
"KAK BRYAN STOP!" Suara teriakan itu berhasil mengalihkan semua perhatian murid Nusa Bangsa. Tidak ada yang berani menghentikan aksi Bryan yang sedang memukul Rasha habis-habisan. Laki-laki itu terlihat sangat mengamuk dan Rasha hanya diam tanpa perlawanan apa pun.
Dengan sekali hentakan Bryan menghempaskan tubuh Rasha yang lemah ke lantai. Menatap wakil ketua OSIS itu dengan sorot penuh kebencian. Dirinya sudah berjanji akan membunuh siapa pun yang berani menyakiti adiknya dan sekarang Rasha sudah melakukannya. Jadi, dirinya tidak salahkan?
"Ini balasan buat lo karena udah berani mempermainkan adek gue," desis Bryan menatap Rasha dengan sangat tajam.
"Kakak kenapa lakuin ini?" tanya Chesa menutup mulutnya tak percaya. Terlihat kekasihnya itu sudah tergeletak tak berdaya di lantai. Bahkan, sudah banyak bercak darah yang memenuhi seragam Rasha. Kenapa laki-laki itu hanya diam saja?
"Rasha, ayo, kita ke uks," ajak Chesa yang hendak menarik tangan kekasihnya dengan pelan dan lembut. Tapi tiba-tiba saja seseorang menepis tangannya dengan kasar. Dengan spontan Chesa menoleh ke belakang—Fely.
"Gue gak terima perlakuan lo sama tunangan gue, Bry," ucap Fely yang tentu saja tidak terima melihat tunangannya sudah tergeletak lemah tak berdaya seperti itu.
Sedangkan Bryan hanya terkekeh sinis. "Terus masalah buat gue?" tanyanya balik lalu berjalan pergi meninggalkan koridor yang ramai itu.
"Pergi sana! Lo gak lupakan kalau gue sama Rasha udah tunangan?" Fely menatap Chesa dengan senyum penuh kemenangan. See? Siapa yang bisa mendapatkan Rasha sekarang? Chesa bukanlah lawan yang pantas untuk dirinya. Sangat mudah untuk dikalahkan. "Lo gak mau jadi PHO 'kan?" sindir Fely lagi lalu berusaha untuk membantu Rasha berdiri.
"Tunangan, ya?" gumam Chesa menatap Fely dan Rasha secara bergantian. Ah, dirinya hampir saja lupa akan kejadian malam itu. Dalam hati Chesa terkekeh sinis. Belum menikahkan? Artinya, Chesa masih memiliki waktu. Waktu untuk kembali merebut Rasha dari Fely. Tunggu saja.
•••
"Lo ngapain, sih, bantuin Rasha dari Bryan?" tanya Tata menatap sahabatnya dengan kesal. Sungguh, kalau saja Bryan tidak lebih dulu memukul Rasha, mungkin dirinya duluan yang akan melakukan itu. Rasa kesal dan marah masih tetap hinggap dalam diri Tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...