P A R T - 48

164 36 43
                                    

"Di dunia ini ada banyak hal yang tak terduga. Hanya saja perihal waktu yang akan membuka semuanya secara perlahan."

-Selat Gibraltar

-Selat Gibraltar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Chesa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kejadian tadi siang terus terngiang dalam pikirannya. Semuanya benar-benar seperti kaset rusak.

Sekarang dirinya sedang berada di salah satu minimarket untuk membeli cokelat kesayangannya. Usai berganti pakaian—Chesa langsung meluncur ke tempat ini karena stok cokelatnya sudah habis.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Chesa berjalan mendekat ke arah kasir. Lalu menyodorkan keranjang yang ia pegang.

"Totalnya, dua ratus lima puluh enam ribu rupiah, Mbak," ucap penjaga kasir itu dengan ramah.

Dengan cepat Chesa mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu dan mengambil kantong kreseknya, tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum beranjak pergi keluar dari minimarket.

Chesa membuka tas selempangnya. Bersiap untuk kembali memesan ojek online. Seketika layar ponselnya langsung berubah menjadi gelap. Chesa panik dibuatnya. Bagaimana ini? Kenapa Chesa selalu sial saat membeli cokelat sendiri?

Hari sudah mulai gelap sepertinya. Dengan sangat terpaksa Chesa melangkahkan kakinya tak tentu arah. Seperti dulu, Chesa tidak ingat jalan pulang. Tiba-tiba saja Chesa merasa de-javu dengan situasi sekarang. Ingatannya terlempar saat ia yang bertemu dengan Rasha untuk pertama kalinya. Apakah setelah ini takdir kembali mempertemukan mereka? Sama seperti waktu dulu.

Tanpa sadar kaki Chesa terus melangkah lurus ke depan. Gadis itu seperti kehilangan jiwanya sekarang. Pikirannya pergi jauh entah kemana. Tepatnya, bukan kemana, tapi kembali membayangkan momen saat bersama Rasha. Sial, Chesa belum bisa move on.

"Hai, cantik."

Suara berat itu membuat Chesa terperanjak dan menoleh ke samping. Melototkan matanya terkejut ketika melihat dua pria yang berbadan besar sedang menatap dirinya dengan mata yang menggoda.

Badan Chesa bergetar ketakutan. Ingatan tentang dirinya yang di bully waktu itu kembali terlintas. Perlakuan Sakira dan Sovia yang melecehkan dirinya pun membuat Chesa benar-benar merasa takut sekarang. Apalagi, di hadapannya sekarang adalah seorang pria.

"Maaf, Chesa mau pulang. Jangan ganggu Chesa," gumam Chesa memundurkan langkahnya yang tanpa sadar membawa tubuhnya ke dalam gang yang sempit dan sangat jarang dilalui.

"Kok, pulang, sih? Main dulu, dong, sama kita. Tenang aja, pasti enak," ajaknya dengan senyuman yang entah mengapa sangat mengerikan di mata Chesa.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang