"Takdir dan semesta. Keduanya adalah peran yang paling penting dalam mempertemukan dua insan."
—Rasha Abigail Dhananjaya
•••
Minggu. Hari yang paling di tunggu bagi setiap anak sekolahan. Biasanya, ada banyak anak remaja yang menghabiskan waktu liburnya dengan hanya bermalas-malasan di dalam kamar, jalan-jalan, quality-time bersama keluarga, dan masih banyak lagi. Namun, lain halnya dengan keluarga Geraldo. Saat ini terlihat Chesa yang sudah siap sejak sepuluh menit yang lalu, gadis bertubuh mungil itu menekuk wajahnya karena menahan kesal. Bryan, laki-laki itu belum juga menampakkan batang hidungnya, padahal mereka sudah menunggu sangat lama.
"Kakak lama banget, deh, Ma," adu Chesa menatap wanita paruh baya di depannya. Wanita itu tersenyum sambil mengelus rambut Chesa dengan lembut.
"Sabar, dong," ucap seorang laki-laki yang baru saja turun ke bawah.
Chesa menoleh ke belakang dan menatap sang kakak dengan kesal. "Kakak lama banget. Chesa serasa nungguin cewek yang lagi dandan," sindirnya lagi.
Mendengar itu membuat seorang pria yang menggunakan kaca mata terkekeh pelan melihat wajah anak gadisnya yang sangat menggemaskan.
"Udah, gak usah berantem. Sekarang kita berangkat, nanti telat," tegur Bram menatap kedua anaknya secara bergantian.
Dengan semangat Chesa menggandeng tangan wanita yang berada di sampingnya. "Ayo, Ma, biarin Kak Bryan jalan sendiri," ajak Chesa menarik tangan Michelle. Sedangkan Bryan hanya memutar bola matanya dengan malas. Gadis itu pikir, ia tidak bisa berjalan jika tidak di gandeng? Yang benar saja.
Setiap hari minggu, keluarga Geraldo selalu menyempatkan waktunya untuk pergi beribadah ke Gereja. Dan seperti biasa pula, anak bungsu mereka lah yang paling bersemangat. Siapa lagi jika bukan, Angelina Chesa Annora.
•••
Setelah selesai keluarga Geraldo langsung berjalan ke arah parkiran tepat di mana mobil mereka berada.
"Pa, anterin Chesa ke Indomaret, dong," pinta Chesa dengan wajah memohon. Bram menaikan sebelah alisnya menatap si bungsu dengan heran. Dirinya sudah bisa menebak apa yang ingin gadis itu beli. Apalagi jika bukan, cokelat.
"Gak bisa, Dek, uang Papa udah habis karena kamu gak berhenti beli cokelat." Bryan dengan santai menyindir Chesa yang tak henti-hentinya membeli makanan berwarna cokelat itu. Bukannya apa, terlalu banyak memakan makanan manis itu tidak baik dan Bryan peduli akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selat Gibraltar [COMPLETED]
Romance⚠️WARNING⚠️ CERITA BUKAN UNTUK DITULIS ULANG! TOLONG HARGAI IDE DARI PENULIS. JADILAH PENULIS YANG BERKARYA DENGAN HASIL OTAK SENDIRI BUKAN DARI ORANG LAIN. BERANI BERKARYA ITU BAGUS! YUK, KURANGI POPULASI PLAGIAT. Blurb: Selat Gibraltar, dua...