21

11.5K 1.1K 173
                                    

Bu Faren menatap kak Lea yang hanya terdiam sedari tadi lalu menaikan sebelah alisnya, dia tersenyum miring kearah kak Lea, bu Faren kini menatapku sambil tersenyum manis

Kupejamkan kedua mataku dengan erat dan kutarik nafasku dalam-dalam, aku harus siap mental jika bu Faren memberitahu mama tentang hubungan kami

"Dia itu....."

"Ada deh, hehehe...nanti Faren kasih tau kapan-kapan deh tante",sahut bu Faren dan aku menghela nafas lega sambil mengelus-elus dadaku

Aku benar-benar belum siap mental jika mama tau hubunganku dengan bu Faren, kak Bara yang selingkuh aja bisa babak belur gitu karena papa apalagi aku yang seksualnya menyimpang, aku jelas bisa langsung di gantung di bawah pohon mangga

"Yah padahal tante sudah penasaran banget, tapi malah di prank"

Bu Faren tersenyum manis "ya udah deh tante, aku pamit dulu ya, udah sore ini"

Mama tersenyum kecewa "yahh padahal baru sore dan belum malam, gak mau sekalian makan malam disini?"

Bu Faren tertawa pelan "hahahhaa nanti berasnya tente bisa habis kalau buat ngasih makan saya, saya pamit dulu tante"

Bu Faren mengecup pipi mama kanan kiri dengan santainya seperti tante-tante yang baru bertemu karena mau arisan sedangkan kedua mataku membulat sempurna karena keberanian bu Faren

"Iya sayang, hati-hati ya"

Bu Faren menghampiri ku dan aku terdiam saat bu Faren mengecup basah pipi kanan kiriku didepan mama dan kak Lea

Lebih parahnya bu Faren mengecup punggung tangan kak Lea seperti anak yang salim sama emaknya

"Duluan tante, Lea dan Dyra, salam buat om ya tante"

"Iya, kamu hati-hati dijalan ya",sahut mama

Bu Faren tersenyum manis "siap tante"

Setelah kepergian bu Faren, aku memilih kembali ke kamarku karena kurasa kak Lea masih butuh waktu untuk sendiri, apalagi kak Bara berselingkuh di belakangnya, tapi aku masuh gak nyangka aja kak Bara berani menyelingkuhi perempuan secantik kak Lea

*****

Tumben rumah ini sepi, biasanya masih ramai jam segini

Kubuka pintu rumahku dan kunyalakn lampu ruang tengah, tubuhku menegang melihat mama, kak Bara dan papa duduk menatapku

Kenapa perasaan ku jadi gak enak gini, dan dimana kak Lea?

Papa terlihat mengeraskan rahangnya sedangkan mama membelai lengan papa dengan perlahan "sabar pa, sabar"

"Papa kenap...."

"Duduk kamu Dyra"

Aku mengangguk dan duduk disamping kak Bara yang menunduk dalam, wajahnya benar-benar babak belur

"Kakak kamu yang gak berguna itu di pecat, kakakmu sudah berselingkuh selama 1 tahun yang lalu dibelakang Lea",ucap papa pelan dan menghela nafas panjang

Kedua mataku sontak membulat sempurna dan kak Bara hanya menunduk tanpa merespon ucapan papa

"Tapi papa lebih kecewa denganmu Dyra"

Dahiku mengernyit bingung karena aku tidak paham apa yang di maksud papa, aku selalu berlajar dengan rajin, mendapatkan rangking 1 ,masuk universitas terbaik dan jadi mendapatkan kerja yang bagus, jadi kenapa papa kecewa sama aku?

Papa mengambil amplop coklat di atas meja, membukanya lalu mengeluarkan beberapa lembar foto "lihatlah sendiri"

Aku mengambil foto itu dan jantungku berdegup kencang saat kulihat foto itu, foto ciumanku dengan kak Lea untuk pertama kalinya di pinggir pantai saat itu, foto kedua adalah foto ciuman di rooftop tepat hari jadi setengah tahun, foto ketiga adalah foto ciuman di basement rumah sakit

"Darimana papa dap..."

"Kamu gak perlu tau Dyra"

Tanganku bergetar dan aku tidak berani melihat mama juga papa sekarang, kudengar papa menghela nafas pelan "putuskan hubungan kalian Dyra, kamu harus sadar kalau kakak ipar mu itu istri sah kakak kandungmu sendiri"

"Papamu benar sayang, mama tau Bara selingkuh dari Lea dan Bara itu juga melakukan kesalahan, tapi kamu tidak boleh punya perasaan dengan kakak iparmu sendiri, dosa Dyra...ingat dosa"

"Jawab mama sayang, tatap kedua mata mama, kamu sudah berapa lama menjalin hubungan dengan kakak iparmu?"

Aku semakin menunduk dalam dan mencoba agar air mataku tidak mengalir karena pertanyaan mama, jujur saja hatiku itu lemah, di sindir atau disinisin dikit udah jleb banget

"7 bulan ma"

Aku melirik mama dan papa yang terlihat kaget, kak Bara juga langsung menoleh kearahku sedangkan aku masih duduk terdiam

"7 bulan? Kamu gila Dyra? Jadi kamu selama ini bermain dibelakang kami dengan Lea?",tanya papa tegas

Aku mengangguk lemah sedangkan kudengar kak Bara menghela nafas berat

"Dyra, kamu.....akkkkk"

"Pa, papa kenapa?"

Aku sontak mendongakan kepalaku saat mama menyebut nama papa dengan nada khawatir, kulihat papa memegang dadanya dan terlihat sangat kesakitan, aku dengan cepat mendekati papa dan menatap papa dengan penuh khawatir "pa....papa kenapa pa? Pa hiksss maafin Dyra pa"

"Bara, cepat telepon ambulans",perintah mama sedangkan aku memegangi lengan papa yang masih terlihat sangat kesakitan

"Paaa hiksss maafin Dyra paa"

"Bangun paa hiksss maafkan Dyra paaa , papa bangunnn"

*****

Aku duduk termenung di kamarku mengingat sudah seminggu papaku meninggal karena serangan jantung dan disusul mama bunuh diri karena frustasi akibat kematian papa yang mendadak, kak Bara yang tiba-tiba menghilang entah kemana dan membuatku sendirian di rumah besar ini

Sepi, sunyi dan dinginnya udara membuatku hanya berada dikamar secara terus menerus

Semenjak kematian kedua orangtuaku dan hilangnya kak Bara, bu Faren selalu berada disampingku saat aku merasa terpuruk karena kehilangan papa dan mama, bu Faren yang mengurusi semua pemakaman mama dan papa, bu Faren juga yang menyambut tamu belasungkawa dari rekan-rekan mama dan papa, sedangkan aku? Aku hanya duduk dan diam dengan pandangan kosong

Kak Lea? Dia tidak bisa pulang karena konferensi yang penting di Jerman

Perempuan yang aku cintai tidak ada disini, tidak menemaniku bahkan tidak datang di pemakaman mertuanya dan perempuan yang mencintai ku selalu ada disamping ku, merawatku dan selalu mencoba membuagku tersenyum, aku menghela nafas pelan dan memejamkan kedua mataku erat-erat

Gara-gara aku, papa dan mama meninggal

Kurasakan air mataku kembali mengalir dan kurasakan dadaku semakin sesak "hikss"

Cklekk

"Dyra...."

Kurasakan pelukan hangat bu Faren, dia memelukku dengan sangat erat sedangkan aku hanya bisa menangis, menangis karena kebodohanku, menangis karena perasaan ku, menangis karena mengungkapkan perasaan ku, menangis karena semua hal buruk terjadi akibatku

"Sayang, jangan salahin diri kamu sendiri"

"Tapi hikss mama dan papa akhhhh sakit dadaku Fa, gimana bisa aku tidak menyalahkan diriku sendiri sedangkan semua keburukan ini terjadi karenaku hiksss"

Kurasakan belaian lembut didadaku "Dyra...semua ini terjadi karena takdir, jadi aku mohon kamu jangan seperti ini, masih ada aku disini Dyra, kamu tenang ya sayang"

"Hiksss"

Aku semakin erat memeluk tubuh bu Faren, kupejamkan kedua mataku dan tangisanku semakin kencang saat mengingat yang memelukku ini bukan kak Lea, tapi bu Faren

Kak Lea.... kembalilah, aku rapuh kak

Aku rapuh tanpamu kak Lea

Voted?
Komen?

Tadaaa akhirnya update juga, selamat menerka-nerka dan selamat datang konflik baru

Siap-siap minum coklat hangat supaya bisa berfikir dengan jernih seperti jernihnya le mineral

What I Need (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang