30

10.3K 1.1K 91
                                    

Kugenggam telpon rumah dengan ragu, aku harus memutuskan sekarang sebelum aku mati karena tersiksa, aku juga tidak mungkin bilang sejujurnya dengan tante, aku tinggal disini saja sudah menjadi beban hidupnya masak iya aku akan menambah beban hidupnya lagi karena mengatakan yang sebenarnya

Kulihat sekeliling rumah tante yang sepi karena tante sedang berada di cafe malam ini

"Bodo amat, yang penting aku harus ngelunasin hutangku dulu, aku harus buang gengsiku demi kebaikan bersama"

Kutekan nomor telepon kantor dan aku menarik nafasku dalam-dalam saat panggilan telpon itu menyambung

"Selamat malam, dengan saya Flaviana sekertaris dari FA Group, ada yang bisa saya bantu?"

"Selamat malam, saya Dyra Alana ingin berbicara dengan ibu Faren Aretha, apakah bisa disambungkan?"

"Maaf, apakah sudah ada janji?"

"Sudah", bohongku

"Baiklah akan saya sambungkan"

Aku terdiam dan menghela nafas pelan lalu kupejamkan kedua mataku erat-erat

"Hallo"

"Bu Faren"

"Dyra? Ini beneran kamu?"

"Iya saya Dyra"

"Syukurlah kalau kamu Dyra, ada apa hum? Kamu merindukan ku?"

Deg

"Maaf saya butuh bantuanmu bu Faren"

"Bantuan? Untuk?"

Kugigit bibir bawahku pelan, apa aku harus mengatakan hal yang sejujurnya? Tapi kalau kukatakan dengan sejujurnya aku tidak enak hati dengan bu Faren, aku dan bu Faren tidak ada hubungan apapun, bahkan aku menyakiti nya, kenapa aku dengan santainya meminjam uang sebanyak itu padanya? Tapi kalau aku tidak meminjam uang bagaimana nasib ku lagi? Sial...kenapa kak Bara berjudi sih

"Bantuan apa hum? Kamu butuh uang?"

Deg

"Bu-kan, saya tutup dulu, selamat malam....maaf sudah mengganggu"

Klik

Aku menghela nafas kasar dan menggeleng cepat "aku harus bagaimana? Kenapa aku malah merepotkan banyak orang?"

Kusandarkan punggungku di sofa , kupijit pelipis ku yang sedikit sakit

Aku harus gimana?

Ting tong

Kepalaku menoleh kearah pintu dan dengan malas aku membuka pintu dan menuju pintu gerbang, kulihat layar interkom , tubuhku sontak mematung melihat kak Bara

"Dyra, kakak akan bicara cepat"

"Rumah yang di Jakarta itu masih milik kita Dyra, kakak tidak punya hutang pada siapapun, hanya saja sertifikat rumah itu di bawa oleh Lea jadi Lea memiliki hak sepenuhnya atas rumah kita"

Deg

Kak Bara gak berjudi? Kak Bara gak hutang? Jadi secara sengaja kak Lea menjebakku dan kak Bara? Aku disuruh bayar hutang padahal kak Bara gak berhutang?

"Kamu tetaplah disini, kakak akan mencari cara untuk membalaskan dendam keluarga kita, kakak pergi"

Aku sontak membuka pintu gerbang dan kulihat kak Bara sudah masuk kedalam sebuah mobil jeep hitam

Aku menatap nanar mobil itu yang sudah melaju pergi dengan kencang dan aku kembali masuk kedalam rumah

Sebenarnya apa maksud kak Bara menemuiku? Lalu kak Bara kenapa tidak membawaku pergi bersamanya? Sejak kapan kak Bara di Jogja? Kenapa aku malah bingung begini sih

****

"Kamu mikirin apa Dyra?"

Aku menoleh dan melihat tante datang menghampiri ku yang duduk di gazebo halaman rumahnya

Tante duduk disamping ku dan kusandarkan kepalaku di lengan tante, aku menatap kearah langit biru pagi ini, kurasakan belaian lembut di rambutku "ada apa hum?"

Aku mendadak jadi kangen mama...mama yang selalu manjain aku, nurutin apa yang aku mau dan selalu ada untukku

"Dyra boleh peluk tante?"

Tante mengangguk dan tersenyum manis lalu menarikku dalam pelukannya, kutenggelamkan wajahku didadanya, kuhirup wanginya tubuh tante dalam-dalam "aku kangen mama"

"Sudahlah sayang, ikhlaskan mamamu agar mamamu tenang disana, masih ada tante disini yang akan merawatmu"

Aku mengangguk pelan dan kueratkan pelukanku di tubuh tante Nadia

"Tante gak ingin nikah lagi?"

Tante menggeleng pelan "enggak Dyra, untuk apa menikah lagi? Toh sekarang udah ada kamu yang nemenin tante"

"Dyra.."

"Iya tante"

"Nonton aja yuk"

Dahiku mengernyit bingung "nonton apa tante? Rapunzel? Frozen? Teletubbies?"

"Apa ya, tapi tante gak punya film bagus, gimana kalau kita yoga?"

"Yoga?"

Tante menarik tanganku "yuk yoga di pinggir kolam renang"

Aku hanya menurut dan tante menyiapkan 2 matras untuk kita yoga nanti, dengan santainya tante membuka t-shirt nya dan kini dia hanya memakai tangtop juga celana pendek hitam ketat sedangkan aku hanya memakai piyama pendek tidurku yang bergambar animasi Shinchan

"Sekarang ikuti tante ya"

"Berdiri dengan jari kaki menyentuh lantai, biarkan tumit terpisah atau lebih lebar saru sama lain dengan meletakan lengan disamping tubuh, tarik bahu ke bawah dan rentangkan rulanh selangka, posisikan kepala sejajar dengan lanrai, panggul dan punggung bawah harus netral, gak boleh melengkung, tahan 30 detik"

Aku mengikuti gerakan itu dan menatap tubuh tante yang seksi dari belakang, aku mengangguk-angguk mengerti

Ternyata inilah rahasia tubuh tante yang bagus, ternyata tante hobi yoga, kalau aku sih mending bobok manis, maklum ya...aku ini kaum rebahan

"Sekarang pisahkan kaki sejauh 4 langkah, tekuk kaki kanan sampai membentuk 90⁰, letakan tangan ke pinggul dan rilekskan bahu, kemudian perpanjang lwngan ke samping dengan telapak menghadap ke bawah, hadapkan pandangan kearah tangan kanan, tahan selama 1 menit"

Oh shittt ini menyiksa batin dan ragaku

"Ulangi kearah yang berbeda",pinta tante

"Sekarang, berdiri dengan tangan disamping dan beratkan tumpuam ke kaki kiri, angkat kaki kanan dan tempat kan di dalam paha kaki kiri, jaga pinggul supaya tetap menghadap ke depan, setelah seimbang...bawa tangan ke depan dalam posisi berdoa, tarik nafas dalam-dalam, rentangkan tangan kearas dengan telapak rangan berhadapan satu sama lain tapi tidak bersentuhan, buang nafas dan kembali ke posisi semula, ulangi lagi gerakan ini pada sisi yang berlawanan"

Tante menoleh kearahku, lalu tante tersenyum tipis melihatku yang nampak kesusahan mengangkat kakiku agar ditempatkan di dalam paha kaki kiri "tante bantu ya"

Tubuhku meremang merasakan tangB tante menyentuh lenganku sedangkan tangan yang satunya menyentuh pinggangku "tarik nafas dalam-dalam"

Aku menarik nafasku dalam-dalam dan kurasakan tangan tante melingkar di perutku sedangkan tangan yang satunya berada disamping payudara ku , tante meraba perutku yang kencang karena aku menahan nafasku dan kurasakan hembusan nafas di belakang telingaku, dada tante menempel di punggungku dan aku menoleh kesamping saat tangan tante yang berada di samping payudara ku membuatku menoleh kearahnya sedangkan tangan yang satunya menurunkan tanganku yang semulanya terangkat keatas

Aku terdiam melihat tatapan tante yang sayu, kulihat pandangan tante beralih ke bibirku kemudian kembali ke kedua mataku "maaf Dyra, tante tidak bisa menahannya lagi"

Cup

Kedua mataku membulat sempurna saat bibir tante mengecup bibirku dengan lembut, kulihat tante memejamkan kedua matanya saat melumat bibir bawahku dengan perlahan lalu menggigit nya pelan

Tante, kenapa tante men....

"Mmmmphhh"

Voted?
Komen?

What I Need (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang