BAB 5

678 86 0
                                    

Happy reading ❤❤

●●●

Disinilah mereka sekarang, duduk dengan kepala yang menunduk. Suasana ruang tamu yang di dominasi dengan warna abu-abu ini terasa mencekam dan menegangkan.

Chia memainkan jari-jari lentiknya sedangkan Kai, kakinya tidak bisa diam dengan terus mengganggu kaki Chia yang hanya diam. Kali ini Chia tidak membalas, walaupun dalam hatinya ingin sekali mencekik laki-laki yang duduk di sampingnya, pasalnya sekarang dihadapan mereka telah hadir dua keluarga sekaligus. Inituh posisinya seperti mereka habis terciduk melakukan hal yang tidak-tidak dan di haruskan menikah.

Suasananya benar-benar mencekam. Tidak ada yang membuka suara, mereka hanya melihat namun tatapan mereka seolah tengah menguliti. Sangat tajam.

"Mm... Chia mau ke kamar mandi sebentar," Chia baru saja ingin berdiri namun suara Papi nya menhentikannya, membuatnya terpaksa kembali duduk.

Kai terkekeh membuat semua mata kini menatapnya.

"Apa ada yang lucu, Kai?" tanya Lexa- Mama Kai.

Seketika Kai terdiam, merutuki kebodohannya.

"Maaf, Ma."

Cakra menghela nafas berat, memandang putrinya dengan tatapan intimidasi, "Chia," panggilnya yang membuat Chia mendongak.

"Iya, Pi," jawab Chia takut-takut.

"Kenapa baru pulang jam segini?" tanya Cakra dengan nada pelan, ia marah namun tak mau membuat anaknya merasa takut akan dirinya.

"Ma-maafin Chia Pi. Tadi Chia main dulu ke rumah Jihan, Chia tahu Chia salah karena ngga bilang ke Papi dan Mommy dulu. Maafin Chia, Pi," lirih Chia, mengakui kesalahannya.

"Kamu sadar akan kesalahanmu?" Chia mengangguk.

"Kai, kenapa saat Erina tanya di mana Chia, kamu bilang tidak tahu. Bukannya seharusnya kamu bersama dengan Chia?" tanya Leo- papa Kai.

"Tadi Kai ada urusan sebentar, Pa. Kai minta Chia untuk tunggu tapi Chia malah pergi duluan dan ninggalin Kai," dalih Kai yang langsung mendapat tatapan tajam dari Chia.

"Kai bohong, Pa!" sangkal Chia.

"Kai tadi jalan sama cabe-cabean dan Chia disuruh pulang sendiri. Chia kesel sama Kai mangkannya Chia main ke rumah Jihan," adu Chia menggebu.

Kepala Lexa menggeleng tak percaya mendengar kelakuan putranya, "Apa itu benar, Kai?" tanya Lexa memastikan.

"N-ngga gitu Ma, Pa," ucap Kai terbata. Kepalanya tertunduk takut.

"Angkat kepala kamu, Kai!" titah Leo, "Laki-laki pantang menurunkan pandangan jika apa yang dia lakukan benar."

Kai ragu, namun perlahan ia mengangkat kepalanya, matanya tak berani melihat netra Leo yang seolah mengintimidasinya.

"Tatap mata Papa!" tegas Leo. Kai menatap mata itu takut-takut.

"Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi!" titah Leo dengan nada tegasnya. Nyali Kai menciut, ia menoleh pada Chia yang siap menerkamnya apabila Kai kembali berbohong.

Kai meneguk silivanya dengan susah payah, keringat dingin mengucur dari ujung kepalanya.

"K-Kai," jeda Kai. Senyap. Semua orang menunggu kelanjutan dari bicaranya. Kai mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu orang yang ada di ruangan itu.

Ada Mommy dan Papi Chia, lalu ada Papa dan Mamanya.

Seketika kedua sudut bibir Kai terangkat, "Nungguin ya?" tudingnya dengan nada jenaka. Tangan Chia reflek memukul lengan Kai yang membuat sang empu meringis di tempat.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang