Happy reading❤❤
●●●
Pagi yang cerah untuk hati yang bahagia. Hari ini, untuk pertama kalinya Enzi mengantar Chia ke sekolah. Sepanjang jalan Chia hanya bisa tersenyum malu, menyembunyikan rona merah di wajahnya di belakang puggung Enzi tentunya dengan tangan yang melingkar di pinggang Enzi.
Awalnya Chia ragu, namun karena Enzi meyakinkannya jadi dia melakukan hal itu.
Ya, mereka resmi berpacaran sekarang. Tepatnya tadi malam, saat Chia mengatakan secara terang-terangan di depan Kai bahwa Enzi adalah pacarnya.
Saat itu Chia langsung menarik Enzi untuk pergi. Mereka tak langsung pulang, Enzi membawa Chia terlebih dahulu ke sebuah taman. Jujur saja, pernyataan Chia tadi sangat mengganggu pikirannya dan ia ingin menanyakan hal itu.
"Iya. Aku mau jadi pacar kamu. Maaf ya harus buat kamu nunggu," seperti itulah Chia menjawabnya. Dan detik itu pula Enzi langsung memeluk tubuh Chia, mengucapkan banyak rasa terima kasih padanya.
Chia turun dari motor besar milik Enzi, berdiri di samping motor Enzi seraya ingin melepas helm nya. Namun tangan Enzi menghentikannya, menurunkan tangan Chia dari pengait helm, "Biar aku aja," ucapnya lembut.
Chia tersenyum, mengangguk. Dia membiarkan Enzi melepaskannya.
"Pulang jam biasa kan nanti?" tanya Enzi, menaruh helm itu lalu menatap Chia.
Chia mengangguk, "Kalau kamu nggak bisa jemput, nggak papa kok, kamu jangan maksain. Aku bisa naik Bus."
Enzi memberengut, mengusap surai kecoklatan milik Chia, "Nggak mungkin lah aku biarin pacar aku panas-panasan sendiri di dalam Bus. Kalaupun kamu mau naik Bus, itu harus sama aku. Dan sesibuk-sibuknya aku, aku akan terus prioritasin kamu," papar Enzi yang membuat pipi Chia semakin bersemu.
"Gombal kamu!"
Enzi terkekeh, "Nggak papa ah, sama pacar sendiri ini. Perdana banget lo aku ngomong manis gini, sama pacar pertama aku lagi."
Chia terkekeh, "Bakal ada pacar kedua dan ketiga nggak nih?" tuding Chia tersenyum menggoda.
"Lihat senyum kamu aja udah buat aku over dosis sampe rasa mau terbang, gimana bisa aku cari yang kedua atau ketiga?" kekeh Enzi, mencubit pipi Chia gemas.
Bukannya marah, Chia malah tersenyum kesenangan. Kan, cewekmah gitu kalo bucin. Rasa sakitnya nggak dirasa yang ada cuma bahagia.
"Nggak mau cari yang lain?" tawar Chia.
Enzi menggeleng tegas, "Nggak. Aku mau halalin kamu aja."
Deep banget coy... nembus sampe ke tulang.
Chia mengalihkan pandangannya ke samping, tersenyum malu.
"Kamu kalo malu gitu lucu, buat aku nambah sayang," goda Enzi.
Chia berdecak, menatap Enzi sebal, "Enziiii... kalau kamu gini terus yang ada aku jadi nggak mau sekolah. Udahan ah," rengek Chia. Enzi terkekeh mendengarnya.
"Iya iya sayanggggg," ucap Enzi mengayun nada di akhir katanya.
"Kan," sebal Chia.
Enzi terkekeh, "Iya. Dah gih masuk."
Chia mengangguk, "Jangan lupa yah nanti malem," ingat Chia.
Enzi mengangguk, "Siyap tuang putri. Nanti pulang sekolah kita langsung gas ke toko kado," ucap Enzi.
Enzi menyalakan kembali mesin motornya, menatap Chia yang masih setia menunggunya dengan senyuman yang tak pudar.
"Hati-hati," ucap Chia, melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...