BAB 7

576 80 7
                                    

Happy reading ❤❤

●●●

Jam istirahat memang selalu menjadi jam kesukaan para murid se Indonesia, tidak bahkan satu dunia. Kecuali untuk murid yang memiliki otak lebih, yang sukanya hanya belajar dan belajar. Bahkan ketika guru belum masuk, yang seharusnya para siswa senang mereka malah gelisah. Buru-buru nyamperin guru buat yang lain jadi gedeg.

Canda gedeg.

Sebelum bel berbunyi Kai sudah nangkring duluan di kantin, duduk di pojokkan sambil ngapelin kakak kelas yang katanya paling cantik di sekolah. Emang dasar kelakuan buaya, gak bisa liat yang bening dikit langsung sosor.

"Dari jauh aja kamu itu keliatan cantik banget, pas aku liat dari deket gini," jedanya, menyelipkan anak rambut yang berterbangan akibat ulah angin itu ke belakang daun telinga, "Bidadari mah kalah jauh," tambahnya.

Kan, ada saja bahannya. Apa tadi? Kamu?

Perempuan dengan name tag bertuliskan Jennie ajha itu otomatis tersipu malu, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Ih... gombal banget. Aku kan jadi malu," ucap Jennie menghentakkan kakinya manja ke lantai.

Kai terkekeh renyah, mengambil tangan Jennie yang menutupi wajah perempuan itu lalu di genggamnya, "Aku gak gombal tahu. Aku bilang apa adanya."

Rayuan buaya memang gak akan ada habisnya. Sampai tujuh keliwon pun bakal di terobos. Tidak tahu belajarnya dari mana, otodidak atau memang bawaan dari lahir.

Kai terus menggoda Jennie, membuat wajah gadis itu semerah tomat. Sampai netra hitam nya menangkap sosok gadis berambut sedikit pirang sedang duduk sendiri di meja paling tengah.

Otak kecilnya bergerak cepat. Menyudahi urusan per-buayaannya dan mendatangi perempuan itu.

Dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana abu-abunya ia berjalan santai menerobos keramaian. Kantin memang sudah sedikit ramai mengingat bel istirahat yang berbunyi beberapa menit lalu.

Tanpa izin atau ber basa-basi langsung saja Kai duduk di samping gadis itu, memandang wajah yang tengah fokus menatap layar ponsel di tangannya.

"Hayo! Liat apa? Bokep ya?" tuduhnya tanpa di filter membuat Chia terperanjat kaget. Suaranya keras lagi membuat orang-orang yang mendengar langsung menoleh ke arahnya.

"Lo tuh kalau ngomong gak bisa ya di filter dulu?" Kesal Chia, menatap tajam pada Kai.

"Gak bisa sayang, ini udah ciptaan Tuhan. Seperti pelangi yang ada di hatimu, indah," kalimat itu membuat Chia terdiam untuk beberapa saat sebelum kata-kata keramat keluar dari bibir mungilnya.

"Setan!" hardiknya, kembali fokus pada ponsel di tangannya.

Kai tertawa renyah, puas untuk menggoda Chia. Wajahnya datar, mulut nya kasar tapi telinga nya merah. Kai mengacak puncak kepala Chia dengan gemas, membuat sang empu langsung menepisnya kasar.

"Rambut gue berantakan, setan!" sewot Chia, membenahi rambutnya yang berantakan akibat ulah Kai.

"Abis nya lo gemes gitu, jadi pengen gue santet."

"Lo ngapain sih disini?" Tanya Chia jengah, melihat ke sekitarnya, "Meja yang kosong masih banyak. Lo pergi sono, jangan gangguin gue mulu," usir Chia, mendorong tubuh Kai agar menjauh.

"Meja yang kosong emang banyak, Mblo. Tapi hati gue yang kosong cuma bisa di isi sama lo."

"Mati aja lo, mati!" geram Chia. Mendengar itu semakin membuat tawa Kai lepas. Mengganggu Chia memang suatu kesenangan untuknya. Sehari saja tak membuat Chia kesal itu rasanya hambar. Bagai sayur tanpa sayuran.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang