BAB 13

525 73 7
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Seperti biasanya. Setiap pagi Kai akan menjemput Chia, mengantarnya hingga Halte Bis lalu menurunkannya di sana. Lalu Chia dan Kai akan berjalan terpisah, Chia akan pergi ke sekolah dengan Bis sedangkan Kai dengan motornya. Seperti itu terus hingga tiga bulan ini.

Pulangnya berbeda lagi. Mereka sama-sama pulang sendiri. Jika Erina bertanya kenapa Chia pulang dengan Bis lalu berjalan kaki sampai rumah, Chia hanya menjawab jadwal pulangnya dengan Kai berbeda. Chia tidak mau menunggu lama karena itu ia memilih pulang lebih dulu dengan Bis. Lagi pula Matahari tak seterik siang tadi, dia pun berjalan santai menikmati jalanan ramai di sore hari jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Chia adalah penderita Anemia ringan yang menyebabkannya mudah sekali pingsan jika kelelahan. Namun sejauh ini Chia selalu baik-baik saja. Imun tubuh Chia lebih kuat dari penderita lainnya, itulah yang menyebabkan penyakitnya itu jarang sekali kambuh.

Chia juga tahu akan batasan tubuhnya. Jika di rasa kepalanya mulai pusing dan tidak enak, dia akan beristirahat.

Tapi tetap saja, yang namanya orang tua akan selalu mengkhawatirkan anaknya. Erina dan Cakra selalu mengatur pola makan Chia. Setiap hari Chia sangat di wajibkan untuk mengkonsumsi sayuran hijau.

Seorang penderita Anemia di larang untuk meminum susu yang berkalsium tinggi, karena itu Chia meminum jenis susu khusus untuk tetap membantu pertumbuhan tubuhnya.

Pagi-pagi sekali suasana kelas sudah sangat riuh. Siswa-siswi berlarian ke sana kemari, meminta dan memohon pada murid yang sudah menyelesaikan PR mereka untuk di beri contekkan.

Kebiasaan kebanyakan murid memang seperti itu, berangkat pagi hanya untuk mencari contekkan. Alasannya karena lupa padahal memang tidak berniat mengerjakan.

Saat tidak di beri akan mengeluh sepanjang hari, mengatakan pada yang lain bahwa si A sangat pelit dan tidak baik hati padahal itu adalah kesalahannya sendiri.

Si pintar yang baik hati akan menjadi buronan saat itu, dan si pintar yang tak peduli akan menjadi bahan ghibahan.

Memang seperti itu tradisinya.

"Chia... lo geseran dong! Gue gak kelihatan ini!" protes Vio saat lengan Chia sedikit menutupi buku berisi jawaban soal Fisika milik Jihan.

Chia berdecak sebal, menarik lengannya, "Lo tinggal nyalin aja berisik banget sih!"

"Yah lo pake acara nutupin segala! Udah tahu gue nulisnya lama!" sungut Vio. Tangan dan mata nya fokus pada buku berisikan rumus-rumus rumit dan juga jawaban di depannya, lalu menyalinnya pada buku kosong miliknya.

"Di suruh nya tulis bukan ngukir!" ejek Chia.

Vio mencebikkan bibirnya. Mereka kembali fokus dengan aktivitasnya, kali ini tanpa banyak bicara. Sedangkan Jihan sedang sangat fokus memainkan game letoy di ponselnya.

Tau game letoy kan? Iya itu, yang buat orang darah tinggi, marah dan banting HP.

Jihan menaruh ponselnya di atas meja dengan kasar, menoleh pada kedua temannya yang sedang sangat fokus menyalin jawaban miliknya.

"Nyontek mulu, kapan pinternya?" sindir Jihan.

"Bacot mulu, kapan mati nya?" balas Chia yang di sambut kekehan oleh Vio.

Jihan mengerucutkan bibirnya mendengar itu, mengalihkan pandangannya ke ambang pintu. Banyak orang yang berlalu-lalang. Ada yang masih mengenakan tas dan ada juga yang sudah menenteng kresek berisi nasi uduk.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang