BAB 51

380 43 15
                                    

Happy reading❤❤

●●●

"Chiaaaaaaaa," teriak seseorang dari ambang pintu, berlari dan langsung menghamburkan tubuhnya pada Chia.

Chia terkesiap, membulatkan matanya sempurna. Ia menepuk-nepuk seraya mendorong tubuh itu agar menjauh darinya.

"Apasih lo? Badan gue masih pada sakit ini," Kesal Chia.

Jihan mengerucutkan bibirnya, menatap Chia dengan sebal, "Gue kan cuma kangen."

"Pala lo kangen? Tiap hari lo kesini, ganggu waktu istirahat gue masih aja lo bilang kangen!" omel Chia.

Jihan mencebikkan bibirnya, menatap pada Enzi yang duduk di kursi samping brankar Chia- sebrang Jihan.

"Lo beneran mau pacaran sama orang kayak gini, Enz?" tanya Jihan tak habis pikir.

Enzi tertawa kecil, menyentuh pipi Chia dan menatapnya lembut, "Cuma dia yang gue cinta."

Mendengar itu kedua sudut bibir Chia tertarik sempurna, menatap Enzi dengan mata yang berbinar indah. Lalu ia menoleh pada Jihan dan menjulurkan lidahnya- mengejek.

"Jomblo diharap diam," ujar Vio yang baru saja datang melewati ambang pintu. Dia datang bersama dengan Jihan. Namun, karena ada barang yang tertinggal di mobil, dia meminta Jihan untuk masuk ke dalam rumah sakit lebih dulu.

"Lo bawa apa, Vi?" Chia bertanya bingung, melihat tangan Vio yang membawa keranjang bunga.

"Bunga. Lo nggak lihat? Apa karena kecelakaan lo jadi nambah bego?" ketus Vio.

Chia mendesis, "Maksud gue... ngapain lo bawa bunga dalam keranjang gitu?"

"Ya buat lo lah!" jawab Vio tanpa banyak pikir.

"Lo doain gue mati, Vi?" Chia menatap Vio tak terima. Yang benar saja, Vio membawakannya bunga yang biasa orang gunakan untuk menaburi gundukan tanah.

"Lo sendirikan yang semalem minta di bawain bunga?" balas Vio tak terima.

"Yah bukan bunga kuburan juga, setan!" Kesal Chia.

"Salah mulu! Protes mulu! Emang nggak ada terima kasih nya lo tuh."

"Orang bego juga nggak bakal terima kasih kalau lo ngasihnya bunga kuburan."

"Ulang tahun Mama gue tahun lalu, gue kasih ini dan dia terima kasih kok," ucap Vio membela diri.

"Sumpah lo?" tanya Jihan berseru heboh.

Vio menoleh, mengangguk dengan wajah yang serius, "Sumpah."

"Tapi nggak lama panci melayang di muka gue. Mana item lagi, bangsat emang."

"Bukan emak lo yang bangsat, lo nya yang nggak waras!" hardik Chia.

Jihan berdecak kagum, "Vio emang nggak ada tandingan."

"Mau berguru sama gue nggak lo?" tanya Vio, menatap Jihan.

Jihan terdiam, lalu menggeleng dengan polos, "Gue bukan pengikut setan," ujarnya membuat mulut Vio reflek terbuka. Chia tertawa, mengejek.

"Pengikut setan, hahaha," ejeknya, menunjuk wajah Vio jenaka.

"Gue lempar ya lo ke neraka jahanam!" Kesal Vio. Menaruh keranjang bunga itu diatas pangkuan Chia dengan kasar lalu berlalu duduk di sofa dan mengambil apel seraya menggigitnya dengan kasar.

"Gue juga bawa nih," ujar Jihan, mengangkat tingi-tinggi keresek hitam yang dia bawa ditangannya.

"Apaan itu, Han?" tanya Jihan.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang