BAB 49

355 47 2
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Erina dan Lexa berjalan dengan langkah cepat menuju ruang UGD sedangkan Cakra dan Leo sedang berada dalam perjalanan pulang dari kantor dan langsung menuju rumah sakit.

Saat Kai memberikan kabar buruk ini pada Erina. Erina langsung menangis dengan histeris, Kai bisa mendengarnya melalui sambungan telepon yang belum terputus. Kai sama terpukulnya dengan Erina.

Lexa yang saat itu berada disamping Erina langsung sigap menenangkan, walau dengan air mata yang juga ikut mengalir. Lexa lah yang memberi kabar pada Cakra dan Leo. Saat mendengar kabar itu mereka langsung bergegas ke rumah sakit.

Saat sampai di depan ruang UGD, netra Erina langsung menangkap sosok Kai yang terduduk di samping pintu ruang UGD yang tertutup dengan kaki yang tertekuk dan kepalanya yang berada dihimpitan kedua lututnya. Dia tertunduk lemah.

Erina langsung menghampiri Kai, berjongkok dan menyentuh bahu Kai yang membuat Kai reflek mendongak. Erina bisa menangkap jelas tatapan khawatir yang ada di mata Kai, ada sedikit genangan air mata disana.

"Mi," lirih Kai.

Erina tersenyum menguatkan, membawa Kai dalam pelukannya, "Chia pasti baik-baik aja, Kai," ujar Erina.

"Kai gagal, Mi. Kai gagal jaga Chia. Kai nggak becus, Mi. Maafin, Kai," racau Kai, setetes air mata itu jatuh membasahi bahu Erina.

Erina terdiam, menggeleng dengan tegas, "Kai nggak salah. Kai udah jaga Chia dengan baik. Ini musibah, sayang. Jangan salahkan diri kamu."

"Kai takut, Mi. Kai takut," Kai menangis dalam pelukan Erina. Pertahanannya runtuh saat itu juga. Rasanya begitu sakit mengingat Chia yang tengah berjuang dengan hidupnya didalam sana.

Lexa mengelus surai hitam putranya itu dengan lembut, ikut memeluknya dan memberikan kekuatan.

"Kita berdoa sama-sama ya, sayang," ujar Lexa.

Terdengar suara pintu yang di buka dari dalam. Semua orang langsung terkesiap, berdiri dan menantikan seseorang yang mereka tunggu keluar.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanya Erina ketika Dokter yang menangani putrinya berada dihadapannya.

"Ibu orang tuanya?" tanya Dokter yang menangani Chia. Dengan cepat Erina mengangguk.

Dokter itu tersenyum, "Kondisi anak ibu sekarang sudah baik-baik saja. Untungnya kita mendapat donor darah segera sehingga nyawa pasien bisa tertolong. Jika terlambat sedikit saja, saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Sekarang, kita hanya perlu menunggu pasien untuk siuman," papar Dokter.

Semua orang yang ada disana tersenyum seraya bernapas dengan lega.

Kai melangkah mendekati Tara, berdiri dihadapannya seraya menyentuh bahunya, "Thanks, Ra."

Tara diam, menatap Kai dengan lekat. Tanpa ditanya, semua orang akan dapat melihat dengan jelas sehancur apa Kai tadi saat mengetahui keadaan Chia yang tidak baik-baik saja. Dari semua orang yang ada disana, Kai lah yang terlihat paling hancur.

Dia hanya diam, pandangannya kosong dan netranya berkaca-kaca. Semua orang merasa iba, namun sekuat apapun mereka berusaha untuk menguatkan Kai nyatanya Kai tidak mendengarkan siapapun. Segala kemungkinan tentang Chia kini menyita pikirannya.

"Terima kasih Tara. Saya sangat berterima kasih padamu. Tanpa kamu, mungkin Chia nggak akan bisa melewati semua ini," ucap Erina tulus. Mendekat dan memeluk Tara dengan erat.

Tara membalas pelukan Erina, tersenyum simpul, "Udah jadi tugas aku, Tante."

Erina melerai pelukannya, lalu menatap semua orang yang ada disana bergantian.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang