BAB 41

383 57 28
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Sedari tadi Kai terus memaikan game di ponselnya dengan kaki yang naik ke atas nakas yang ada di samping brankar UKS.

Dia menunggu Chia datang namun belum juga datang. Padahal dia sudah memberi tahu Chia lewat pesan singkat yang ia kirim.

Hari ini kelas Kai ada pelajaran olah raga, dan sama seperti kelas Chia sebelumnya, kelas Kai pun jadwalnya pengambilan nilai bola basket.

Pengambilan nilai bola basket itu berlangsung cepat, sehingga semua murid di bebaskan. Murid laki-laki tentu memilih untuk terus berolahraga, membagi menjadi dua tim dan bertanding basket. Sedangkan murid perempuan, jangan di tanya. Mereka lebih memilih ke kantin atau mentok balik ke kelas.

Saat Kai berlari dan ingin merebut basket dari lawannya, kakinya tanpa sengaja saling beradu membuatnya terjatuh dan tersungkur di tanah. Ada sedikit luka di lututnya namun dia masih bisa melanjutkan pertandingan. Hingga sebuah ide itu muncul dalam otak kecilnya dan memilih untuk ke UKS dan menghiraukan seruan protes dari anggota tim nya.

Dia ingin Chia kembali merawatnya.

"Ah sial! Ini lagi seru kenapa pow nya minta tidur. Nggak asik banget," kesalnya saat game yang ia mainkan harus terpaksa berhenti.

Ia melihat ke arah pintu, belum ada tanda-tanda bahwa orang akan masuk. Kai menghela nafas pelan, mencari kontak Chia untuk dia telpon. Namun tidak lama, suara knop pintu yang di putar membuat pergerakan Kai terhenti.

Buru-buru Kai menurunkan kaki nya dari atas nakas dan menaruhnya dengan benar di atas kasur, lalu menaruh ponselnya di dalam kantung celana dan tidur terlentang seraya memejamkan matanya.

Terdengar derap kaki yang semakin mendekat, membuat Kai sedikit mengembangkan senyumnya.

Akhirnya orang yang ditunggu telah datang.

Dengan mata yang terpejam, Kai masih bisa merasakan bahwa kini ada seseorang yang berdiri di sampingnya. Seseorang itu membelai rambut Kai lembut membuat Kai bersorak riang dalam hatinya.

"Lo sakit apa Kai?" tanya seseorang itu.

Tunggu, itu bukan suara Chia. Buru-buru Kai membuka matanya dan saat itu juga tubuhnya berjengit kaget melihat Vio yang ternyata ada disini dan bukan Chia.

Dengan segera Kai bangun dari posisi tidurnya, menatap ambang pintu dan memastikan Chia ada di sana. Namun tetap saja tidak ada.

"Chia mana?" tanya Kai tak menghiraukan pertanyaan Vio sebelumnya.

"Chia bilang lo sakit. Sakit apa?" Vio kembali mengulang pertanyaannya, melihat wajah Kai namun sama sekali tidak pucat.

Mendengar itu Kai langsung menatap Vio, "Chia yang suruh lo kesini?" tanyanya memastikan. Vio mengangguk.

Kai menghela nafas gusar, menatap Vio datar, "Gue nggak sakit. Lo keluar aja."

Vio cemberut karena mendengar kata usiran dari Kai, namun dia tidak akan menyerah hanya karena sebuah kata saja.

"Lo beneran nggak sakit?" tanya Vio.

"Iya," jawab Kai lugas.

"Kalau gitu kita ke kantin aja," usul Vio, Kai mendelik mendengarnya.

"Gila! Ini masih jam pelajaran, lo mau bolos pelajaran emangnya?"

Vio tersenyum, mengangguk, "Demi lo mah apa aja gue lakuin, Kai."

"Suruh buka baju aja nangis," Remeh Kai.

"Dih... sok tahu banget, lo mau gue buka baju di depan lo? Ok," jawabnya enteng. Lalu dia membuka kencing kemeja teratasnya. Kai yang melihat itu langsung kelabakkan, dia menutup matanya dengan tangan, ya walau sedikit mengintip.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang