BAB 15

486 78 2
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Chia memandang langit biru di atasnya, silau. Matahari sedang terik-terik nya sekarang. Ia melihat jam tangan biru yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya. Jam sembilan lebih empat puluh lima menit.

Chia menghela nafas pasrah, meyakinkan dirinya.

"Vio, ini beneran kita harus lari? Matahari nya panas banget," keluh Chia pada Vio yang berdiri di sampingnya. Raut wajah Vio pun menampilkan hal yang sama, ia menutupi wajahnya dengan tangan sedari tadi.

"Kayaknya Neraka lagi bocor deh Chi," ujar Vio.

Chia mengangguk membenarkan, "Lupa pakai NoDrop kali yah?"

Tanpa segan Vio menggeplak kepala Chia, "Di Neraka mana ada NoDrop maimunah!"

Chia mendesis seraya mengelus kepalanya karena ulah Vio.

"Boleh minta pindah tempat gak sih? Ke yang lebih panas gitu," ucap Chia lagi membuat Vio meliriknya tajam.

"Kemana?"

"Ruang kepsek," Vio terkekeh mendengarnya.

"Panas banget udah kayak simulasi jadi setan," kekehnya.

"Iya, hahaha. Lo kalau di suruh jadi setan mau jadi apa, Vi?" tanya Chia random. Menatap lapangan yang sudah tersinari cahaya matahari semua.

"Em... kuntilanak seru kali yah. Biar happy terus. Pas gue lagi di hukum kayak gini gue bisa ketawa terus sambil lari," jelas Vio.

"Orang Gila juga bisa gitu doang mah, Vi," ucap Chia.

"Iya juga. Em... nggak tau deh. Kalau lo mau jadi apa?"

"Setan yang sukses," jawab Chia dengan percaya dirinya.

"Setan sukses? Emang ada?" Vio terus memperhatikan Chia dengan bingung. Memangnya ada setan yang sukses? Kalau sukses buat orang jadi kafir sih banyak.

"Ada. Yang banyak duitnya terus kalau makan bisa banyak dan nggak kenyang-kenyang."

"Tuyul?"

"Emang ada tuyul rambut nya pirang?" sinis Chia. Vio terkekeh mendengarnya.

"Terus apa?"

Chia tersenyum licik, menatap Vio dengan tatapan menggoda, "Beneran mau tahu?"

"Iya. Apaan?" desak Vio.

"Sendal... bolong!" seru Chia heboh membuat Vio melongo.

Vio menempelkan telapak tangannya pada dahi Chia, lalu pada bokong nya, "Panas Chi. Panas."

Bu Laras datang dari arah Ruang Guru, menatap tajam pada Chia, Vio, Queen, Prita dan Sisca.

"Kenapa kalian belum mulai lari?" tegurnya.

Chia dan Vio nampak menunduk sedangkan Queen sedang sibuk memakai sunscreen di kulitnya dengan di bantu oleh Sisca juga Prita.

"Sebentar bu, saya lagi melaksanakan ritual dulu," ucap Queen tanpa melihat bu Laras.

"Ritual apa maksud kamu Queen? Pesugihan?"

"Bukan bu... kalau itu mah nanti malem," balasnya, "Ibu mau ikut?" sambungnya.

Bu Laras kontan mendelik, menarik telinga Queen agar melihatnya.

"Kamu mau saya hukum lebih dari ini atau lari sekarang?" marahnya. Emosinya mulai tersulut.

Queen memegangi telinganya yang memanas karena di tarik oleh Bu Laras, meringis seraya memohon ampun.

"Ampun bu ampun... saya jalan sekarang bu, jalan sekarang!" mohonnya.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang