BAB 44

383 52 14
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Bel istirahat berbunyi. Bel yang biasanya paling di tunggu oleh semua murid tak terkecuali untuk Chia dan Vio. Jika biasanya mereka berlomba-lomba untuk antri paling depan, mereka malah berada di dalam toilet sekarang.

Vio berdiri di depan wastafel, memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. Sedari tadi dia terus muntah-muntah, membuat Chia yang berada di belakangnya jadi ikut pengen muntah.

Chia menutup hidungnya dengan jari, tangan satunya terus memijat bagian tengkuk Vio, membantunya untuk mengeluarkan isi dalam perutnya. sedangkan wajahnya sudah berpaling entah kemana. Dia benar-benar tak mau melihat, bisa hilang nafsu makannya.

Chia merasa sangat jijik.

"Vi, emangnya lo jadi open BO ya?" tanya Chia.

Vio reflek menyikut perut Chia, menyalakan keran dan membasuh mulutnya.

"Sembarangan!" marahnya, ia mengelap bibirnya yang basah dengan lengan kemejanya, lalu menatap Chia, "Kalau ngomong suka nggak di pikir. Gue belum laku!" sungutnya.

"Yeee... gue kan cuma tanya. Siapa tahu gue mau jadi auntie," bela Chia.

"Seneng lo gue kek gitu?" tuding Vio.

Chia tersenyum mengangguk, "Seneng lah. Kan lucu, ihhhh... gak sabar mau buang baby nya."

"Baby, baby. Lo babi!" ketus Vio.

"Selo dong, setan!" Balas Chia tak kalah ketusnya.

Vio tak menanggapi, ia menatap dirinya dalam pantulan cermin.

"Gila cantik banget gue," pujinya pada diri sendiri.

Dengan segera Chia menggeser tubuh Vio, lalu maju membuat Vio menyerngit heran, "Mau apalo? Mau ngaca juga?"

Chia menggeleng, "Mau gantian muntah. Enek banget perut gue. Tadi nggak sengaja denger ada yang ngomong tapi nggak ada orangnya."

Vio berdecak sebal, duduk di kursi kayu yang ada didalam toilet lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia memegangi perutnya seraya memejamkan mata.

"Duh... kayaknya gue masuk anjing deh," lirih Vio.

Chia terkekeh, "Anjing mana yang sudi masuk ke tubuh lo, Vi...," jeda Chia, "Setan aja nih ya, kalo masuk ke tubuh lo pasti besoknya langsung mati," ejek Chia.

"Lah, setan emang udah mati tolo!" hardik Vio.

"Sok tahu lo!"

Vio frustasi, mengacak kepalanya gusar, "Taulah! Capek ngomong sama orang yang nilainya D," ucap Vio.

"D sama E kecilan manasih, anjir," Chia menggaruk kepalanya. Dia dibuat bingung oleh Vio yang selalu bersikap sok pintar di hadapannya. Padahal jelas-jelas nilai Vio sama Chia tuh jauh beda, beda dua poin.

"Chi," panggil Vio.

"Apaan?" jawab Chia acuh. Mengambil ponselnya dari dalam saku, membuka aplikasi kamera lalu mengarahkannya pada cermin.

Ia bergaya sekeren mungkin, lalu memotretnya berulang kali.

"Telponin Kai dong, gue kayaknya mau balik aja deh. Mual banget ini perut gue," lirih Vio. Chia meliriknya sebentar lalu kembali berpose.

"Gak! Lo aja sono!" Tolak Chia mentah-mentah.

Vio mendesis, "Kalau gue yang minta nggak bakal mau dia," ucapnya.

Chia diam.

"Chiiiii," panggil Vio, "Chiaaaaaa," rengek Vio, menarik-narik ujung rok Chia.

"Gue nggak mau!" Tolak Chia lagi.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang