BAB 42

375 50 6
                                    

Gaessss... maaf yah... untuk beberapa hari cerita ini nggak up dulu.. aku mau revisi cerita sebelah soalnya, mau aku ikutin wattys🖤🖤

Doain yahhhh...

Kalo mau cerita ini update, teror aja hahaha

____________________________

Happy reading❤❤

●●●

Chia turun dari motor besar milik Enzi, menginjakkan kakinya di rerumputan hijau yang tumbuh di sepanjang mata memandang. Chia tersenyum simpul, memejamkan mata dan menghirup dalam-dalam udara segar di sekitarnya.

Enzi yang melihatnya tersenyum simpul, merentangkan tangannya seraya melakukan hal yang sama dengan Chia- menghirup udara dalam.

"Kamu suka?" tanya Enzi.

Chia terkesiap, menoleh pada Enzi yang ternyata sedang menatapnya. Tanpa ragu Chia mengangguk, "Suka."

"Kapan-kapan kita kesini lagi mau?" tanya Enzi. Chia tersenyum seraya mengangguk, lalu menatap banyak bunga-bunga yang mekar di sekitarnya. Binar indah itu nampak jelas di kedua netra coklatnya, membuat Enzi betah untuk memandanginya.

Enzi tersenyum simpul, melihat tangan Chia yang tergantung bebas. Entah setan dari mana, tiba-tiba saja ia meraih tangan itu lalu di letakkan di atas telapak tangannya.

Enzi memasukkan jari-jemari Chia yang kecil ke sela jari-jemarinya yang besar. Terasa sangat pas.

Chia yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa terdiam kaku seraya terus memperhatikan apa yang laki-laki di hadapannya ini lakukan. Dadanya berdebar dengan sangat kencang, Chia meneguk silivanya dengan susah payah.

Saat sadar dengan apa yang baru saja Enzi lakukan, dia buru-buru menaikkan pandangan, menatap Chia dengan tatapan tak enak.

"Eh, So-sorry," ucap Enzi, ingin melepas pautan tangan itu tapi Chia malah mengeratkannya, membuat Enzi menatapnya dengan aneh.

Chia tersenyum kaku, menggigit bibir bawahnya takut, "Bi-biarin aja. A-aku suka, hangat," ungkapnya. Enzi tersenyum lega lalu mengangguk dan mengeratkan genggaman tangan itu.

Enzi membawa Chia untuk duduk di bawah pohon yang rimbun, menatap bunga-bunga bermekaran di depannya. Chia menatapnya kagum.

"Kamu tahu ini tempat ini dari mana?" tanya Chia tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari bunga-bunga itu.

"Waktu itu aku lagi ada masalah, terus aku lampiasinnya dengan jalan-jalan, akhirnya aku nemuin tempat ini," ceritanya.

"Kalau aku capek, aku selalu kesini. Disini tenang, sepi dan damai," tambahnya, ia tersenyum di akhir kalimatnya, ikut menatap hamparan bunga-bunga yang berwarna-warni di hadapannya.

Chia tersenyum seraya mengangguk membenarkan, "Tenang dan damai."

"Chia," panggil Enzi, mengangkat gengaman keduanya, menghadap Chia lalu meletakkannya di atas pahanya.

Chia terpaku, Enzi menatapnya dengan lekat.

"I-iya?" tenggorokkan Chia bahkan terasa tercekat.

"Aku mau tanya boleh?" tanyanya serius.

Seperti terhipnotis, Chia terus menatap kedua manik mata laki-laki itu dan mengangguk.

"Apa benar aku laki-laki pertama yang kamu kenalin ke sahabat kamu?" tanya Enzi, karena sebenarnya inilah yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang