Happy reading❤❤
●●●
Malam semakin larut, jarum jam terus berputar tiada henti namun Chia belum juga bisa memejamkan matanya.
Netra coklatnya menatap langit-langit rumah sakit, pandangannya kosong seolah pikirannya menerawang jauh entah kemana.
Pikirannya penuh dengan berbagai macam hal, salah satunya tentang apa yang Vio katakan sore tadi.
Apa iya Chia telah mempermainkan banyak hati?
Jika dipikir-pikir memang iya. Enzi dan juga ketiga sahabatnya. Kalau Kai, Chia sudah jelas-jelas menolaknya. Tapi kembali lagi pada rencana dua keluarga mereka.
Apa Chia mampu untuk mengatakan pada kedua orang tuanya, lalu Mama dan Papa Kai? Apa mereka akan menerima keputusan Chia.
Chia sama sekali tidak ingin menerima perjodohan itu. Chia tidak ingin menyakiti hati para sahabatnya yang pernah atau masih menaruh hati pada Kai, tapi disisi lain ada kedua orangtuanya dan Mama, Papa Kai.
Sekarang apa yang harus Chia lakukan? Mengutarakan keinginannya atau justru menutupinya. Tapi jika terus ditutupi, semuanya tidak akan pernah selesai.
Yang Chia takuti saat ini adalah bagaimana reaksi ketiga sahabatnya saat mengetahui bahwa Kai dan Chia dijodohkan. Marah, kecewa atau justru membenci Chia? Ketiga praduga itu pasti terjadi bila Chia tidak segera memberitahukannya secara langsung, yang paling parah adalah jika mereka mengetahuinya dari orang lain.
Dari orang lain atau dari Chia sendiri, rasa kecewa itu pasti ada. Mereka akan merasa dibohongi, apalagi Vio. Selama ini Chia selalu mendukung untuk Vio mendekati Kai, tapi ternyata Chia dan Kai sudah dijodohkan. Kalian pasti tahu bukan apa yang akan Vio rasakan.
Sungguh, Chia tidak siap untuk konsekuensinya. Semuanya kini bergantung pada keputusan Chia. Chia memilih kedua orang tuanya atau sahabatnya.
Tapi pilihan itu tidak mudah untuk Chia. Dia menyayangi kedua orang tuanya, tapi dia juga menyayangi sahabatnya. Ini pilihan yang cukup rumit. Chia tidak bisa memutuskannya.
"Setan!" decak Chia, melempar asal bantalnya.
BUGH
AWSHHH-
Kai yang semula sedang berbaring di sofa, fokus memainkan permainan pownya meringis ketika mendapati sebuah bantal yang mendarat tepat di wajahnya.
Karena hal itu bahkan ponselnya sampai jatuh. Kai menggeram, menyingkirkan bantal itu dari wajahnya lalu menatap Chia.
Chia yang melihat hal itu buru-buru memiringkan tubuhnya, memejamkan matanya untuk menghindari omelan Kai.
"Gue tahu lo belum tidur, Chia," ujar Kai, Chia meringis mendengarnya. Namun tak mengubris, Chia terus memejamkan matanya.
"Minta maaf gak lo!" titah Kai.
Chia diam.
Kai berdecak, berdiri dan mendekati Chia.
"Minta maaf Chiaaa, lo udah menodai ketampanan gue," ujarnya lagi, tapi Chia terus diam dengan memunggungi Kai.
"Oh gak mau minta maaf?" tuding Kai.
"Gue cium yah lo!" ancamnya.
Kedua kelopak mata Chia langsung saja terbuka, reflek berbalik dan menutupi mulutnya dengan tangan, menatap Kai waspada.
"Gue nggak salah. Lo yang salah. Siapa yang suruh lo disitu?" ujar Chia membela diri.
Kai geleng-geleng kepala kagum, "Udah salah nggak ngaku salah, malah sekarang nyalahin orang lagi. Siapa lagi kalau bukan calon istri gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...