BAB 25

467 50 13
                                    

Happy reading❤❤

●●

"V-vio," cicit Kai. Dia langsung turun dari motornya, mengamati keadaan, berusaha bersikap tenang untuk tidak bertindak gegabah.

Dia tidak bodoh untuk melawan keempat laki-laki berbadan kekar itu sendiri. Ia mengambil telepon genggamnya dari dalam saku, mencari beberapa kontak yang ingin ia mintai tolong namun niat itu terurungkan saat Kai mendengar teriakan Vio yang memekakkan telinganya.

Kepala Kai reflek mendongak, melihat Vio yang tengah berusaha menepis tangan laki-laki di depannya yang ingin menyentuh dagunya.

Tangan Kai spontan terkepal kuat, otot-otot tangannya menonjol saat melihat tangan Vio yang di raih dengan paksa lalu di hempas kasar hingga membuatnya jatuh terjerembab ke bawah. Tanpa banyak berpikir lagi ia segera berlari menghampiri Vio, menerobos masuk ke tengah kerumunan laki-laki berbadan kekar itu.

"Wuihhhh... ada pelelangan!" seru laki-laki dengan tato besar di lengan atas kanannya.

"Pelelangan?" tanya laki-laki yang ada di samping kirinya.

"Itu lo, orang yang sok jago nyelamatin."

"Pahlawan itu namanya, tolol!'

"Lah, kapan berubahnya?"

"Sejak bapak lo sunat!"

"Bapak gue Nonis, bego!" marahnya, menepeleng kepala laki-laki itu.

Kai berdecak pelan, "Sama-sama bego," tapi sialnya hal itu masih bisa terdengar di gendang telinga laki-laki itu.

"Apa lo bilang!" bentaknya, melangkah lebih dekat pada Kai.

Kai reflek mundur hingga kaki nya tidak sengaja menginjak tangan Vio yang ternyata masih terduduk di bawah, membuatnya berteriak kesakitan, "AWSHH!!! SAKIT BEGO!" Marahnya memukul betis Kai.

Kai langsung mengangkat satu kaki nya, sedikit menjauh dari Vio, "Eh, sorry. Sengaja."

"Sial!" tanpa bantuan Kai, Vio langsung bangun. Membersihkan bokongnya seraya memperhatikan jarinya yang menjadi korban Kai.

"Kan! Gara-gara lo nih! Jari gue ada lima!" ujarnya menunjukkan kelima jarinya pada Kai.

Kai memutar bola mata jengah, "Kalau ada enam, cacat namanya!"

Dengan cepat Vio menggeleng, menunjukkan tangannya yang satu lagi lalu di gabungkan dengan tangan yang tadi ia tunjukkan pada Kai, "Sekarang sepuluh."

Kai melotot, giginya mengertak, menunjuk wajah Vio dengan telunjuknya namun terurungkan karena Vio yang menatapnya tak kalah tajam, "Apa? Lo mau protes? Iya?" marah Vio, membusungkan dadanya.

Kai mengepalkan tangannya yang tergantung di udara dengan geram, menghempaskannya kasar lalu menatap pada laki-laki di depannya, "Lo ambil aja deh nih cewe. Emosi gue," ujarnya.

Semua laki-laki di sana tertawa melihat wajah Kai yang memprihatinkan, "Cewek emang gitu, dek. Nggak mau kalah," Kai mengangguk membenarkan.

"Nggak mau kalah dan nggak mau salah," ujarnya menambahi.

"Beneran nih dia buat kita?" tanya laki-laki itu lagi.

Kau mengangguk seraya menyingkir memberi jalan pada mereka, "Ambil aja lah. Beban dunia," ucapnya yang membuat Vio membulatkan matanya sempurna.

"Kai!" serunya, namun Kai hanya menatapnya datar.

"Gila ya lo, Kai!" hardik Vio. Lagi-lagi Kai hanya diam.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang