BAB 47

363 46 16
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Satu menit lalu Chia mendapat pesan singkat dari Enzi yang mengatakan bahwa dia sudah ada di depan rumahnya. Buru-buru Chia mengikat rambut kecoklatannya, memoles sedikit lipbalm pada bibir pinknya, mengambil tas lalu berlari keluar dari kamar dan menuruni tangga.

Sudah menjadi kebiasaannya, Chia akan menuju dapur terlebih dahulu. Mengambil segelas susu yang ada diatas pantry lalu meneguknya hingga tersisa setengah. Erina yang melihatnya jadi geleng-geleng sendiri.

"Sayang, kamu nih kenapa sih kalau mau berangkat sekolah selalu buru-buru. Masih pagi ini lo," ujar Erina.

Chia mengambil selembar roti, mengoleskan selai coklat diatasnya, "Chia udah di tunggu, Mi," ungkap Chia.

"Siapa? Kai? Nanti juga Kai masuk ikut sarapan sama kita. Kamu jangan buru-buru gitu."

Chia menggeleng, melipat rotinya, "Pacar aku," jawab Chia.

Erina mendelik, "Chiaaa."

"Mi, kita udah bahas ini kemarin."

"Terus gimana sama Papi, Kai, Mama, Papa? Kamu nggak mikirin perasaan mereka?" tanya Erina, tak habis pikir dengan putrinya yang mengambil keputusan sepihak.

Chia menatap Mommy nya lelah, mendekat dan menyentuh tangannya, "Kali ini biarin Chia bahagia sama pilihan Chia sendiri, Mi. Urusan perjodohan, kita bisa bicarain lagi," ucap Chia.

"Tapi-,"

"Chia berangkat, Mi. Tolong ngertiin Chia," ucap Chia, menyalimi tangan Erina lalu melenggang pergi dengan membawa roti coklat yang sudah ia buat tadi.

Chia melewati ambang pintu dengan senyum yang merekah, namun senyuman itu pudar begitu saja ketika melihat kehadiran Kai disana. Duduk diatas motornya yang berhadapan dengan motor besar milik Enzi.

Enzi tersenyum manis pada Chia, sedangkan Kai terus menatap Enzi dengan tajam.

Perlahan Chia mendekat, berdiri di samping Enzi, "Udah lama nunggu?" tanyanya.

"Ng-,"

"Lama!" sela Kai lebih dulu. Chia meliriknya dengan tajam lalu kembali mengalihkan atensi nya pada Enzi.

"Kamu udah sarapan belum? Aku ada roti, kamu mau?" tanya Chia, menyodorkan roti coklat miliknya.

Enzi tersenyum, mengangguk. Ingin menggigit roti itu namun kalah cepat dengan Kai yang entah sejak kapan sudah turun dari motornya dan berdiri disamping Chia seraya memasukkan roti coklat itu ke mulutnya hingga habis tak bersisa. Pipi nya menggembung sekarang.

Chia mendelik, "Apaan sih lo!" marahnya.

Kai mengedikkan bahunya acuh, "Laper."

Chia ingin menunduk dan melepas sepatunya untuk menjadi alat memukul Kai, tapi Enzi menghentikannya. menggeleng seraya tersenyum, "Nggak perlu. Yuk berangkat, nanti telat," ucapnya menenangkan Chia.

Ia mengambil satu helm yang tersisa lalu memakaikannya pada Chia. Namun saat helm itu berada diatas kepala Chia, buru-buru Kai mengambil alih tugas itu. Ia memakaikan helm itu ke kepala Chia, namun naas nya terlalu kencang membuat Chia meringis kesakitan.

"Awshhhh- sakit setan!" maki Chia. Mengelus kepalanya yang jelas-jelas sudah tertutup helm.

"Sakit?" tanya Enzi, menyentuh dagu Chia agar mau menatapnya.

Kai mendesis, menepis tangan itu dari dahu Chia, "Tangan lo bau tai," ujarnya.

Chia tersenyum miring, naik ke atas motor besar Enzi, "Suka nggak ngaca," sindirnya.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang