Happy reading❤❤
●●●
"Awshhh- SAKIT!"
Pekikan suara Chia yang menjerit kesakitan terdengar jelas di telinga Kai melalu speaker handphonenya. Kedua bola mata Kai langsung membulat sempurna kala itu, tangannya memcengkram kuat ponsel yang menempel di telinganya.
"Siapa lo?" tanya Kai tak santai.
Suara Kai yang menegas dan terdengar tak bersahabat membuat kelima orang yang berada didekatnya langsung menoleh, menatapnya dengan tatapan heran.
"Gue tanya siapa lo?!" tanya Kai lagi karena tak mendapat jawaban dari orang di seberang sana, suaranya sedikit meninggi. Emosinya sudah memuncak hingga ke atas ubun-ubun, urat-urat lehernya terlihat begitu jelas.
Bukannya sebuah jawaban yang Kai dapat, dia malah mendengar suara kekehan dan isak tangis. Kai menggeram, semakin mencengkram ponselnya dengan kuat.
"Jawab bangsat!" murka Kai.
"Gudang kosong dekat jalan raflesia," jawab orang diseberang sana lalu tiba-tiba saja sambungan diputus secara sepihak.
"Hallo? Woi bangsat!" Kai menggeram marah, melihat layar ponselnya yang sudah menampilkan layar depannya.
Max yang melihat raut wajah Kai yang begitu marah jadi merasa bingung, ia menyentuh bahu Kai namun Kai malah mendorong bahu Max untuk memberinya jalan dan pergi dari sana dengan berlari tergesa.
Max semakin dibuat kebingungan, dia berlari dan mengejar Kai.
"Kai? Lo kenapa?" tanyanya sembari berlari, menyamakan langkah kakinya dengan Kai.
Kai diam, tak mengindahkan pertanyaan dari Max. Bahkan suara Max seperti tidak terdengar di gendang telinganya. Kai terus melangkah dengan cepat, menaiki motornya menghiraukan Max yang menepuk-nepuk bahunya meminta penjelasan.
Kai mengendarai kuda besi berjenis matic nya dengan kecepatan rata-rata, dia tidak lagi memperdulikan acaranya. Pikirannya kini penuh dengan suara teriakan Chia. Tanpa sadar, tangannya mencengkram setir motor dengan sangat kuat.
"Lo akan baik-baik aja, Chia."
Disisi lain, seseorang yang menyaksikan semuanya tersenyum penuh kemenangan. Kedua sudut bibirnya tersenyum begitu lebar.
"Permainan dimulai."
~~~
06.30
Chia berdiri di balkon, kedua tangannya berpegangan pada pembatas, kepalanya menengadah menatap bintang-bintang yang mulai bermunculan menemani bulan yang semula kesepian.
Chia menghela nafas pelan untuk entah keberapa kalinya. Dia sudah siap dengan gaun panjang berwarna biru pastel yang Kai pilihkan untuknya. Gaun ini benar-benar terlihat pas ditubuh Chia, Kai memang sangat pintar memilihnya terlebih itu adalah warna kesukaan Chia.
Chia memang sudah memakai gaunnya, namun dia belum juga mau merias wajahnya. Tadi Erina dan perias sudah memasuki kamar Chia namun Chia dengan pelan memberitahu mommy nya untuk memberi Chia waktu sebentar lagi.
Chia sendiri bingung apa yang membuatnya demikian, namun dalam hatinya masih memiliki banyak keraguan. Chia memikirkan masa depannya, hari-hari yang harus dia lalui bersama dengan Kai.
Sungguh, Chia tidak pernah membayangkan hal itu.
Perlahan Chia menarik nafasnya dalam, mulai pasrah dan menerima jalan hidupnya. Chia kembali masuk ke dalam kamar, ingin keluar dari kamar dan memanggil periasnya namun terhenti karena suara dering ponsel milik Chia yang ada diatas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...