Happy reading❤❤
●●●
Chia telah selesai bersiap, ia membuka pintu dan bersiap keluar dari kamar tapi kehadiran Kai yang tiba-tiba ada di depannya membuat Chia berjengit kaget.
"Astaghfirullah," Chia mengelus dada nya.
"Lo ngapain sih di depan kamar gue! Ngagetin tau nggak?!" semprot Chia. Belum apa-apa sudah di bikin emosi. Chia benar-benar tak sanggup bila dia benar-benar menikah dengan Kai. Bisa-bisa umurnya tidak bertahan lama.
Kai menatap Chia dengan datar. Melihat dari atas sampai bawah lalu kembali ke atas. Ia geleng-geleng kepala. Apa-apaan ini? Chia hanya mengenakan celana hot pants juga jaket hitam yang kebesaran.
Dengan cepat ia mengamit tangan Chia, membawanya masuk ke dalam kamar kembali. Chia tentu saja memberontak dan berteriak marah.
"Apaan sih?!" Chia menghempas tangan Kai yang ada di pergelangan tangannya.
Kai tak menanggapi, raut wajahnya benar-benar datar. Ia berjalan ke arah lemari milik Chia, membukanya dan mengambil salah satu baju dari sana.
"Ganti baju lo," ucapnya datar.
Chia menyerngit, melihat baju yang Kai letakkan di atas kasurnya, "Gue mau makan bukan mau pengajian!" sungut Chia.
Yang benar saja, masa Kai menyuruhnya mengenakan gamis.
Kai menatap Chia semakin tajam, penuh dengan intimidasi, "Lo mau makan, bukan mau renang."
Kedua tangan Chia bertenger pada pinggang, dagu nya terangkat, "Renang mana ada pake hotpants sama jaket, yang ada tenggelam!"
Kai memutar bola matanya jengah, "Bodo. Pokoknya lo harus ganti baju!"
Chia mulai kesal dengan Kai, ia berbalik ingin meninggalkan Kai namun Kai dengan cepat menghentikannya.
"Gue bilang ganti baju, Mblo!"
"Nggak mau! Lagian kenapa sih sama baju gue? Aneh iya?!" teriak Chia tak habis pikir.
Pikiran Chia mulai tak karuan, apakah Kai malu jika jalan dengannya mangkannya Kai mengaturnya dari segi pakaian?
Kai menghela nafas pelan, mendekati Chia seraya menatapnya dengan lekat, "Gue nggak mau aurat calon istri gue di lihat orang," ujarnya halus yang membuat tubuh Chia membeku.
"Ganti baju lo, gue tunggu di bawah," ujarnya lagi lalu pergi meninggalkan Chia yang mematung.
Sepeninggalan Kai, Chia mengerjap beberapa kali, memegangi dadanya yang berdebar, "Anjir, jedag-jedug."
~~~
Chia dengan lahap memakan sepiring penuh sate di piringnya, Kai yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Ya, mereka telah sampai di Simpang Star. Jangan mengira jika Chia menuruti apa kemauan Kai, dia tidak segila itu untuk memakai gamis. Itu jauh dari kebiasaan dirinya.
Dia hanya mengganti celananya dengan celana yang lebih panjang, Kai sempat protes hingga akhirnya dia pasrah saja dari pada Chia berubah pikiran.
Kai hanya memesan lima tusuk sate, berbeda dengan Chia yang sekali pesan saja sudah lima puluh tusuk. Tidak tahu kalau nanti nambah. Kai tidak terlalu menyukai sate, dia sendiri bingung apa yang membuat Chia sesuka itu.
Tapi dia senang melihat Chia yang memakan makanannya dengan lahap. Anggap saja Kai sedang sedekah. Chia ini benar-benar seperti orang yang kelaparan. Dia terus memasukan tiap tusukan sate itu kedalam mulutnya, membuat sudut-sudut bibirnya cemong karena bumbu sate.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...