BAB 56

352 45 26
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Chia menuruni anak tangga perlahan dengan tangan yang bertopang pada pembatas. Semua perban di tubuhnya telah di lepas, menyisakan plaster kecil di siku kirinya.

Chia menatap meja makan didepannya, nasi juga dengan segala lauk pauknya sudah tertata disana.

Chia menarik kursi disampingnya perlahan, Erina yang baru saja datang dari arah dapur sontak terkejut, ia berlari menghampiri putrinya, membantu Chia menarik kursinya dan membantu Chia untuk duduk.

"Sayang... kamu kok nggak bilang Mommy kalau mau turun," ujar Erina khawatir.

Erina menatap putrinya, melihatnya dari atas sampai bawah, "Kamu mau sekolah?" tanya Erina. Chia mengangguk.

"Emangnya kamu udah kuat? Sakit? Kamu nggak ngerasain sakit lagi? Atau pusing? Terus kaki kamu gimana? Udah kuat jalannya?" tanya Erina beruntun.

Chia tersenyum simpul, menyentuh lengan Erina, "Mommy... Chia udah baik-baik aja. Buktinya sekarang Chia udah turun kan? Chia udah kuat jalan juga," papar Chia.

Erina menghela nafas pelan, menyentuh puncak kepala putrinya dan membelainya lembut, "Beneran?"

Chia mengangguk, memberikan senyum terbaiknya yang membuat Erina percaya jika Chia memang sudah baik-baik saja.

"Kalau begitu Mommy telepon Kai dulu, bilang kalau kam-," buru-buru Chia menyentuh lengan Erina, menggeleng yang membuat Erina mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa sayang?" tanya Erina.

"Chia nggak mau berangkat sama Kai, Mi," ucap Chia.

"Kok gitu? Yaudah berarti kamu berangkat sama Pap-,"

"Nggak, Mi. Nggak sama Papi juga," sela Chia cepat.

Erina terdiam, bingung dengan yang dimaksud putrinya.

"Kamu mau jalan?" tanya Erina dengan polosnya.

"Chia pergi sama Enzi, Mi," jawab Chia tanpa ragu.

Erina membulatkan kedua netranya sempurna, "Enzi pacar kamu itu?" tanya Erina.

Chia mengangguk, tersenyum simpul.

"Chia, gimana sama Papi? Kalau Papi tahu kamu nggak takut Papi marah?"

Chia menghela nafas pelan, menatap Mommy nya lelah, "Mi. Kenapa Chia harus takut Papi marah? Bukannya ini pilihan Chia yah? Kenapa dalam hal ini Mommy dan Papi harus selalu ikut campur?" tanya Chia tak habis pikir.

"Chia. Kami orang tua kamu," peringat Erina.

Chia mengangguk setuju, "Tapi seharusnya orang tua akan bahagia jika anaknya bahagia, tapi kenapa Mommy dan Papi nggak? Kenapa kalian malah memaksakan kehendak kalian sama Chia?"

"Chia. Kami lakukan semua ini demi untuk kebaikan kamu!"

"Kebaikan Chia atau kebaikan Mommy dan Papi? Mommy dan Papi lakuin ini untuk mempererat hubungan kalian dengan Mama dan Papa kan? Kenapa harus mengorbankan Chia, Mi?"

"Chia!" bentak Erina. Chia berjengit kaget, menatap Erina tak percaya.

"Mommy bentak aku?" lirih Chia.

Sadar dengan apa yang baru saja Erina lakukan, raut wajah Erina kembali melunak. Erina ingin menyentuh lengan Chia namun dengan cepat Chia menjauhkan lengannya, matanya sudah berkaca-kaca.

"Chia pikir Mommy adalah satu-satunya orang yang mengerti Chia, yang akan membantu Chia menjelaskan semuanya kepada Papi. Ternyata Chia salah. Mommy dan Papi itu sama. Kalian nggak pernah ngertiin, Chia," lirih Chia.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang