BAB 21

487 67 0
                                    

Happy reading❤❤

●●●

Kai yang buru-buru menghampiri Tara di rumahnya selepas memastikan Chia menaiki Bus dengan selamat akhirnya hanya bisa berdecak sebal. Ia menunggu Tara di depan rumahnya hampir sepuluh menit hingga sebuah notifikasi di ponselnya menjelaskan semuanya.

Kai aku lupa kabarin. Pagi ini aku berangkat sama Kakak aku.

Kai menghembuskan nafas berat, melihat jam hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kenapa nggak ngabarin dari subuh sih, Maimunah," decak Kai.

Jam 6.50, masih ada waktu sekitar sepuluh menit sebelum gerbang sekolah benar-benar di tutup. Jarak dari rumah Tara ke sekolah jika di tempuh dalam kecepatan normal memakan waktu sekitar delapan belas menit, jadi kalau di tempuh dalam kecepatan abnormal pasti bisa kan?

Kai buru-buru menaikkan standar motornya, menyalakan motor dan langsung menarik gas dengan kecepatan penuh membuat nenek-nenek yang ingin menyebrang harus kembali mundur dan hampir terjatuh karena tersandung batu.

"Bocah belegug!" marah nenek itu, Kai yang tidak memperhatikan terus menarik pedal gas nya. Memasuki jalanan ramai dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia meliuk-liukkan stang motornya menghindari kendaraan yang lain.

Saat mendekati area sekolah Kai mulai memelankan laju motornya, dari kejauhan dapat ia lihat bahwa jalan depan sekolah sudah terlihat sangat sepi. Kai menghentikan motor nya di tepi jalan, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sial!" umpat Kai.

Jam sudah menunjukkan pukul 7.01 yang berarti gerbang sekolah baru saja di tutup. Kai mengetuk-ngetuk jari tangannya pada stang motor, memikirkan sesuatu agar ia bisa lolos dari hukuman.

Kai tersenyum senang ketika sebuah ide cemerlang hadir dalam otak kecilnya. Buru-buru ia menyalakan motornya kembali, berbalik arah dan memarkirkan motornya di warung Buk Lil. Ia berencana memasuki sekolah lewat tembok belakang, walau ia harus sedikit memutar untuk sampai di sana, itu tidak masalah.

Saat tiba di warung Buk Lil, netra matanya melihat seorang wanita yang berumur kurang lebih tiga tahun diatasnya dengan kuncir kuda tengah membuat kopi untuk bapak-bapak yang menongkrong di sana.

Mata buaya Kai otomatis menjadi mode on. Ia memarkirkan motornya dengan rapi lalu mendekati Chika- anak Buk Lil yang sering membantu Buk Lil mengurus warung.

"Teh Chika," sapa Kai, duduk di bangku yang ada di depan Chika- hanya terpisah oleh meja yang berisi beraneka ragam jenis makanan yang di jual.

"Eh, Kai. Kok disini?" Tanya Chika menoleh sekilas pada Kai.

"Iyalah. Kan ada teteh cantik," ucap Kai yang membuat Chika tersipu.

"Kamu mah suka gitu, Kai. Kalau teteh nanti beneran baper gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana lah teh. Kai siap buat halalin, teteh pilih aja mau di mana tempatnya," Chika terkekeh mendengarnya.

"Emang kamu teh suka sama yang lebih tua?"

"Umur bukan alasan buat Kai untuk nggak mencintai teteh," ucap Kai. Pipi Chika kali ini benar-benar merona. Ia mengaduk kopi yang tadi sudah dia buat, lalu mengantarkannya pada bapak-bapak yang duduk di depan warung, meninggalkan Kai yang masih mengamatinya.

"Teh," panggil Kai.

Chika memilih kesibukan lain, ia menghitungi sedotan yang sudah tersusun dengan rapi. Anggap saja Chika salah tingkah, dia tidak sanggup jika harus terus memandang Kai yang tampan seperti dewa Yunani.

GLEICH (SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang