Happy reading❤❤
●●●
Sesuai kemauan kedua orangtuanya, pagi ini Chia pergi ke sekolah bersama dengan Kai. Tidak hanya sampai Halte bus, melainkan benar-benar sampai sekolah. Tidak banyak yang bisa Chia lakukan kali ini selain menuruti kemauan orang tuanya.
Kuda besi berjenis matic itu berhenti tepat di parkiran sekolah. Sebelum mesin motor benar-benar dimatikan, Chia sudah lebih dulu turun dari motor Kai, melepas helmnya dan menaruhnya di jok belakang motor Kai. Setelahnya dia langsung pergi tanpa menunggu ataupun berbasa-basi dengan Kai lebih dulu.
Kai yang melihat punggung Chia semakin berjalan menjauh darinya pun hanya bisa menghela nafas pelan, tersenyum nanar seraya juga ikut melepas helmnya.
"Sampe segitunya lo nggak mau ada interaksi sama gue, Chi," gumam Kai.
~~~
Dari ambang pintu, Chia bisa melihat ketiga sahabatnya yang sedang duduk berhadapan. Tidak ada canda dan tawa yang biasa Chia lihat, hanya Jihan dan Tara yang berusaha untuk menghibur Vio, namun sepertinya gagal bila melihat dari wajah Vio yang terlihat menunduk dan muram.
Jihan mendongak, saat itu juga netranya dan netra cokelat Chia bertemu. Jihan tersenyum simpul, menyenggol bahu Tara yang berada disampingnya dan menunjuk kearah ambang pintu dengan dagunya, dimana ada Chia berdiri disana.
Kedua sudut bibir Tara tertarik, begitupun dengan Chia.
Chia mendekat, berdiri disamping Vio dan menonyor kepalanya kuat.
"Masih pagi udah galau. Ditagih renternir lo?" tanya Chia tertawa.
Vio meringis, mengelus bagian belakang kepalanya seraya mendongak. Raut wajahnya terlihat kesal dengan mulut yang terbuka seolah ingin marah dengan orang yang baru saja menonyornya. Namun, saat dia tau siapa yang menonyornya, mulutnya langsung tertutup, raut wajahnya kembali murung.
Chia menghela nafas pelan, duduk di kursi miliknya.
"Lo kenapa sih? Muka kayak gitu nggak cocok banget sama lo yang mirip babi," ujar Chia berusaha untuk memancing amarah Vio. Namun, Vio tetap saja diam dengan kepala yang tertunduk.
"Vi, lo tau nggak sih? Tadi malem gue dapet kabar kalau cilok nya mang cecep ada diskon sembilan puluh delapan persen. Itukan cilok fav lo banget. Gak mau beli lo? Gak takut kehabisan?" Chia bicara dengan menggebu, berharap wajah murung Vio berubah menjadi sumringah. Tapi tetap saja sama.
Chia menghela nafas berat, mulai geram dengan tingkah Vio. Chia mendorong meja dengan kasar, menggebraknya.
"Terserah lo lah! Capek gue!" kesalnya, lalu berdiri dan ingin beranjak pergi.
Vio sontak mendongak, tangannya reflek terulur dan menghentikan pergerakan Chia.
Chia tersenyum samar, menatap Vio dengan sinis, "Apa lo pegang-pegang? Lepas! Tangan lo najis!" ketusnya.
Vio mencebikkan bibirnya, menarik tangan Chia untuk kembali duduk.
Chia menghela nafas pelan, mendudukkan bokongnya dan menunggu Vio bicara.
"Chia," panggil Vio lirih.
"Nggak dengar!" balas Chia acuh.
Kedua bola mata Vio sontak membulat sempurna, menatap Chia tak percaya, "Kalau nggak dengar kenapa lo jawab!" protes Vio ngegas.
Chia, Jihan dan Tara tertawa mendengar itu. Chia menepuk pipi Vio dua kali, "Nah... ini baru babinya gue."
Vio mencebikkan bibirnya, mengalihkan wajahnya menatap depan, "Gue tuh niatnya mau sok-sokan murung. Tapi punya sahabat kayak monyet, SUSAH!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEICH (SELESAI✔)
Teen Fiction|UPDATE SETIAP HARI| Perhatian : Mengandung kata yang kurang pantas dan kasar. Mohon jangan ditiru, dan bijak dalam memilih bacaan. Chia membenci Kai, Kai memiliki banyak sekali pacar. Naasnya, keduanya malah dijodohkan. ____ "Gue benci banget sama...